Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sidney Jones: Indonesia Perlu Buat Program Deradikalisasi Khusus Perempuan dan Anak

Kompas.com - 26/11/2015, 16:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Institut Analisis Kebijakan Konflik (IPAC) Sidney Jones menuturkan Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) atau Kepolisian, perlu membuat program deradikalisasi khusus bagi perempuan dan anak-anak.

Dalam sebuah lokakarya internasional dengan tema "Radikalisasi dan Deradikalisasi" di Goethe Institut, Jakarta, Kamis (26/11/2015), ia mengatakan bahwa sekitar 45 hingga 50 persen warga Indonesia yang dipulangkan dari perbatasan Turki dalam perjalanan mereka ke Suriah adalah perempuan dan anak-anak.

Sebelumnya, mereka hendak bergabung dengan kelompok bersenjata ISIS.

"Ini menandakan bahwa Indonesia harus membentuk program khusus untuk perempuan dalam mencegah radikalisasi, khususnya memberdayakan perempuan untuk membendung masuknya pengaruh radikalisme dalam keluarga," ucap Sidney.

Menurut dia, sebagian besar orang akan terfokus pada laki-laki saat bicara tentang radikalisasi dan terorisme. (Baca: Polri Mencatat Ada Sekitar 70 WNI Kembali dari Suriah)

Padahal, perempuan juga berperan besar dalam menggerakkan orang-orang terdekatnya, terutama anggota keluarga, untuk bergabung dengan kelompok radikal.

"Contohnya seorang pria di Batam yang dipulangkan dari Turki, dia mengatakan sebenarnya tidak ingin pergi ke Suriah, justru istrinya yang mendorongnya untuk bergabung dengan ISIS," ujar peneliti Indonesia-Filipina-Pasifik Amnesti Internasional pada 1985-1988 itu.

Maka dari itu, Sidney mengungkapkan pemerintah Indonesia perlu memikirkan program anti-radikalisasi bagi peremuan. Kalau bisa, kata dia, yang menjalankan program tersebut juga perempuan. 

Peran Muhammadiyah dan NU

Cara lain yang dinilainya cukup efektif untuk menangkal pengaruh radikalisme adalah memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat lokal seperti Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) atau yang berafiliasi dengan Muhammadiyah di daerah-daerah.

Meskipun organisasi-organisasi pemudi Islam semacam itu tidak ditujukan untuk melawan terorisme. (Baca: Perempuan Indonesia Ingin Gabung dengan ISIS, Komnas Perempuan Kritik Deradikalisasi)

Namun, keberadaannya mampu dimanfaatkan untuk merangkul kembali warga Indonesia yang telah teradikalisasi, termasuk mereka yang gagal bergabung dengan ISIS di Suriah.

Peran organisasi-organisasi itu sangat penting untuk memastikan orang-orang yang sebelumnya berniat bergabung dengan ISIS, tidak memelihara kekecewaan yang bisa menjadi pemicu untuk radikalisasi lebih jauh.

"Banyak di antara keluarga-keluarga yang dipulangkan dari Turki itu tidak punya apa-apa sekarang, jadi organisasi seperti Fatayat dapat berperan sebagai pihak yang bisa membantu dan membawa orang-orang itu membaur kembali dengan masyarakat," tutur Sidney yang merupakan pengamat pergerakan teroris di Indonesia.

Sebelumnya pada Maret, Kementerian Luar Negeri RI menyampaikan ada 16 WNI yang ditahan di perbatasan Turki saat berupaya menyeberang ke Suriah karena tidak memiliki dokumen imigrasi lengkap.

Belasan WNI yang kemudian dipulangkan itu diisukan ingin menyeberang ke Suriah melalui Turki untuk bisa bergabung dengan kelompok bersenjata ISIS.

Isu radikalisme dan terorisme kembali marak diperbincangkan setelah pada 13 November lalu, ISIS mengaku bertanggungjawab atas serangkaian penembakan dan pengeboman di Paris, Prancis, yang menewaskan 129 orang dan melukai 352 orang lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Nasional
Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Nasional
Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Nasional
Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Nasional
Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Nasional
Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Nasional
Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Nasional
Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

Nasional
Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Nasional
Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Nasional
Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com