JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Poros Muda Partai Golkar, Andi Sinulingga mengatakan, konflik internal Partai Golkar yang terjadi setahun terakhir merupakan konsekuensi dari hilangnya sosok tunggal yang ditakuti.
Figur yang dimaksud Andi adalah Presiden kedua RI, Soeharto.
"Ini (konflik) adalah konsekuensi dari partai yang dipimpin oleh sosok figur yang ditakuti. Soeharto itu bukan figur pemersatu Golkar, tetapi figur yang ditakuti," kata Andi saat kegiatan Sharing Session Gerakan Muda Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golkar, Minggu (8/11/2015).
Ia mengatakan, selama di era Soeharto berkuasa, sebenarnya banyak faksi yang telah muncul di dalam Golkar. Namun, faksi-faksi tersebut tidak berani secara terang-terangan menunjukkan polemik yang ada, karena takut dengan Soeharto.
Kondisi serupa, kata dia, saat ini juga tengah dirasakan sejumlah partai politik di Indonesia. Ada figur yang ditakuti, yang menjadikan konflik tidak berkembang.
Ia mencontohkan, Megawati Soekarnoputri di PDI Perjuangan, Prabowo Subianto di Partai Gerindra, dan Susilo Bambang Yudhoyono di Partai Demokrat, merupakan sosok ketua umum yang ditakuti, bukan disegani.
"Begitu figur yang ditakuti sudah tidak ada, maka akan muncul konflik-konflik yang diakibatkan faksi-faksi di dalam parpol," ujarnya.
Ia menambahkan, sejumlah upaya tengah dilakukan untuk mengembalikan agar Golkar kembali memiliki figur tunggal yang ditakuti. Di sisi lain, kondisi demikian tidak sehat bagi keberlangsungan hidup parpol ke depan.
"Ketika figur tersebut telah pergi, lalu bagaimana dengan nasib partai tersebut? Bagaimana dengan umur partai tersebut?" ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.