Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wantimpres: Hentikan Impor Pangan, Lama-lama Mafia Mati

Kompas.com - 26/05/2015, 16:41 WIB


YOGYAKARTA, KOMPAS.com
 — Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Sidarto Danusubroto, menegaskan, pemerintah harus menghentikan kebijakan impor pangan jika ingin Indonesia mencapai kedaulatan pangan.

"Semangat impor (pangan) harus dihentikan," kata Sidarto dalam pembukaan Gerakan Penerapan Revolusi Mental Anti-Korupsi (Permak) lingkup Kementerian Pertanian di Yogyakarta, Selasa (26/5/2015), seperti dikutip Antara.

Menurut mantan Ketua MPR itu, kebijakan impor pangan hanya akan memberikan keuntungan bagi para mafia pangan karena mereka turut "bermain" dalam kegiatan impor bahan kebutuhan pokok tersebut.

"Tolak impor gula, beras, daging, kedelai, dan lainnya, lama-lama mafia pangan akan mati. Kalau mafia tidak dihabisi, kapan Indonesia akan mandiri," ujarnya.

Menurut dia, tidak ada alasan bagi Indonesia untuk tidak mampu mencapai swasembada pangan karena sumber daya alam melimpah.

Dia menyatakan, kelompok mafia ini akan berteriak kalau bisnis mereka terganggu karena mereka selalu menikmati keuntungan dari impor pangan.

"Dengan masuknya beras impor, harga (beras) di petani akan jatuh, dan ini sangat merugikan petani," ucap politisi senior PDI Perjuangan itu.

Sementara itu, Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian R Azis Hidajat menyatakan, Gerakan Permak tersebut dimaksudkan untuk memberikan pembinaan mental terhadap aparatur negara, khususnya di lingkup Kementerian Pertanian untuk mendukung terwujudnya swasembada pangan.

Menurut dia, Kementerian Pertanian mendapatkan tugas dari Presiden Joko Widodo untuk mencapai swasembada pangan, yakni padi, jagung, dan kedelai, serta peningkatan produksi cabai, bawang merah, daging, dan gula.

"Setelah mengikuti kegiatan ini, semua peserta diharapkan berkomitmen penuh menyukseskan swasembada pangan seraya mencegah terjadinya praktik-praktik koruptif dalam semua tahapan pelaksanaan kegiatan pencapaian target swasembada tersebut," tuturnya.

Azis mengatakan, kegiatan Gerakan Permak yang kedua ini diikuti 350 peserta. Sebagian besar dari SKPD lingkup pertanian di wilayah tengah dan timur Indonesia.

Sejak Desember 2014, Gerakan Permak telah melibatkan 680 peserta, terdiri dari pejabat eselon I dan II pusat; kepala UPT se-Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi; direksi BUMN terkait; pejabat ULP; pengadaan; serta auditor.

Sementara itu, Sidarto Danusubroto mengingatkan agar Gerakan Permak tidak hanya menjadi sebuah retorika dan seremonial belaka, tetapi mampu mengikis habis kejahatan korupsi di lingkungan Kementerian Pertanian.

Selain itu, tambahnya, gerakan ini mampu memberikan kontribusi nyata terhadap upaya pembudayaan tekad antikorupsi, serta pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com