Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyidik Bareskrim Tidak Menahan Denny Indrayana

Kompas.com - 27/03/2015, 20:03 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Penyidik Direktorat Tindak Pidana Korupsi Badan Reserse Kriminal Polri tak menahan mantan Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Denny Indrayana, tersangka kasus dugaan korupsi sistem payment gateway. Setelah lima jam diperiksa sejak Jumat (27/3/2015) siang, Denny dan kuasa hukumnya melenggang keluar Gedung Bareskrim.

Di teras Gedung Bareskrim, Denny, yang mengenakan kemeja batik merah tersebut, mengatakan kepada wartawan bahwa penyidik mengajukan 17 pertanyaan. Fokus pertanyaan, Denny melanjutkan, adalah tugas pokok dan fungsi Denny saat menjabat sebagai Wakil Menteri Hukum dan HAM.

"Tujuh belas pertanyaan itu soal identitas dan tupoksi saya saat menjabat Wamenkumham," ujar Denny.

Denny enggan membeberkan secara jelas apa pertanyaan penyidik serta apa jawaban dirinya. Denny enggan ditanya lebih lanjut, terutama terkait sistem payment gateway atau pembayaran pembuatan paspor secara elektronik yang menjeratnya ke ruang penyidik polisi.

Kuasa hukum Denny, Heru Widodo, mengatakan bahwa jawaban kliennya atas 17 pertanyaan penyidik tersebut telah mencakup klarifikasi atas tuduhan-tuduhan yang selama ini disampaikan oleh pihak kepolisian. Heru tidak merinci tuduhan polisi yang dimaksud.

Heru mengatakan, pemeriksaan terhadap kliennya belum selesai. Penyidik masih akan memanggil Denny. Soal waktu, pihak Denny menyerahkannya kepada penyidik. "Kapan waktunya masih menunggu kabar dari penyidik," kata Heru.

Denny diperiksa penyidik Ditipikor Bareskrim Polri sebagai tersangka dugaan korupsi sistem payment gateway sejak Jumat pukul 14.00 WIB. Denny keluar ruangan penyidik sekitar pukul 19.20 WIB.

Dalam perkara hukum yang diusut penyidik, Denny diduga kuat telah menyalahgunakan wewenang dalam program sistem pembayaran pembuatan paspor secara elektronik tersebut. Penyidik mengenakan Pasal 2 ayat (1), Pasal 3, dan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 421 KUHP juncto Pasal 55 ayat (1) ke satu KUHP tentang penyalahgunaan wewenang secara bersama-sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com