Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andi Mallarangeng, Megawati, dan Jokowi

Kompas.com - 24/02/2015, 16:41 WIB


KOMPAS.com - Nama Andi Mallarangeng mulai menjulang ketika ia menjadi anggota Tim Tujuh (1998-1999) yang dipimpin Ryaas Rasyid untuk merumuskan undang-undang politik baru sebagai landasan pemilihan umum pertama masa Reformasi.

Tim Tujuh juga merumuskan undang-undang pemerintahan daerah baru. Selanjutnya, Andi menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum untuk Pemilu 1999.

Menjadi juru bicara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009), Menteri Pemuda dan Olahraga Kabinet SBY-Boediono (2009-2012), serta menduduki jabatan Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat.

Ketika kariernya meroket, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Andi Mallarangeng sebagai tersangka kasus korupsi pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional di Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Sehari kemudian, ia melepaskan jabatan sebagai menteri dan pimpinan partai.

Kamis, 17 Oktober 2013, Andi Mallarangeng ditahan di rumah tahanan KPK, Kuningan, Jakarta. Jumat, 18 Juli 2014, Andi divonis empat tahun penjara.

Di rumah tahanan, Andi Mallarangeng membuat artikel-artikel pendek dengan tulisan tangan. Kumpulan artikel tersebut diterbitkan menjadi buku berjudul Inferno-Neraka di Bumi, Betulkah-Kumpulan Kolom Kuningan tentang Masyarakat, Kekuasaan dan Cinta. Diterbitkan pertama Juli 2014. Judul Inferno mengambil dari novel karya penulis Amerika Serikat, Dan Brown.

Dalam buku ini, di bawah subjudul Dari Mana Datangnya Presiden, Andi Mallarangeng menuliskan kalimat-kalimat dan pertanyaan seperti ini.

”Tentu saja, bintangnya para gubernur sekarang adalah Jokowi, Gubernur Ibu Kota RI. Secara tak terduga, dalam waktu relatif singkat, ia melejit dalam berbagai survei presiden. Ia kini menduduki posisi teratas.”

”Walaupun belum benar-benar terbukti sebagai gubernur yang berhasil, banyak orang kini menunggu apakah ia akan sampai ke puncak gunung? Akan ia mendapat boarding pass untuk menjadi calon presiden? Jawabnya ada di tangan Ibu Megawati. To be or not to be!”

”Apakah dari tangan putri Bung Karno ini akan lahir gubernur pertama yang menjadi Presiden RI? Apakah fenomena Jokowi hanyalah fenomena kaum selebritas, yang gampang naik tapi gampang pula turun begitu saja dalam waktu dekat? What goes up must come down eventually? Sejarah sedang berputar, kita tunggu saja jawabannya dalam waktu dekat ini.”

Sekali lagi perlu dicatat, Andi Mallarangeng menuliskan pernyataan dan pertanyaan itu sebelum pemilihan presiden 9 Juli 2014. Kini, Jokowi sudah menjadi presiden. (J Osdar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain di Pilgub Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain di Pilgub Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com