Berdasarkan pengamatan Kompas.com, keluarga korban sudah mulai jarang mendatangi crisis center sejak hari kesepuluh. Dari sejak semula, keluarga dalam jumlah banyak yang datang, kini hanya beberapa keluarga saja yang terus mengikuti 'update' kasus itu. Makanan yang disajikan Pemerintah Kota Surabaya akhirnya hanya tersentuh sedikit saja. Posko kesehatan yang didirikan di dekat crisis center untuk keluarga korban pun kebanyakan diisi oleh anggota Palang Merah Indonesia (PMI) sendiri.
Joko Lukas, perwakilan keluarga korban membenarkan berkurangnya keluarga korban di crisis center. Joko mengakui, keluarga lelah terhadap proses itu. Namun, Joko membantah keluarga korban telah patah semangat. "Kami bukan patah semangat. Kami ini saling menjaga semangat, saling memotivasi dan saling berkomunikasi satu sama lain terkait informasi terkini kecelakaan ini," ujar Joko di kompleks Mapolda Jawa Timur, Sabtu (10/1/2015).
Joko mengatakan, kebanyakan keluarga korban sudah pasrah atas apa yang terjadi pada sanak keluarga mereka yang menaiki pesawat itu. Joko dan keluarga hanya berharap pemerintah terus melanjutkan proses pencarian hingga ada titik terang. "Apalagi ekor pesawat sudah ditemukan. Kami berharap badan pesawat yang ditemukan. Itu harapan besar bagi kami, semoga bisa ditindaklanjuti," ujar dia.
Keluarga korban yang berdomisili di Surabaya tinggal di rumah mereka masing-masing. Sementara keluarga korban yang berdomisili di luar Surabaya menginap di hotel yang disediakan AirAsia Indonesia. Maskapai yang terkenal dengan penerbangan murah tersebut memberikan sejumlah fasilitas kepada keluarga korban. Selain penginapan, AirAsia juga menyediakan layanan antar dan jemput menggunakan mobil sewaan jika keluarga ingin memantau informasi di crisis center.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.