Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akbar Tandjung Nilai Bagi-bagi Uang di Munas Hal yang Lumrah

Kompas.com - 09/12/2014, 22:20 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi senior Partai Golkar, Akbar Tandjung, menilai bagi-bagi uang dalam musyawarah nasional partai merupakan suatu hal yang lumrah. Biasanya, menurut Akbar, uang yang dibagi-bagi berupa uang transportasi untuk membiayai perjalanan para pengurus daerah untuk menuju lokasi munas.

Akbar juga menyebut pembagian uang transportasi pernah terjadi pada saat Jusuf Kalla memperebutkan kursi ketua umum Golkar dalam munas beberapa tahun lalu. Ketika itu, Kalla bertarung melawan Akbar untuk memperebutkan posisi nomor satu di partai berlambang beringin itu.

"Pak JK waktu itu mengaku juga memberi, tetapi untuk transport katanya. Waktu saya dulu juga katakan untuk transport kembali ke daerah, kesulitan, tentu kami akan bantu," ucap Akbar.

Kendati demikian, Ketua Dewan Pertimbangan Golkar versi Aburizal Bakrie ini mengaku tidak pernah tahu jika ada pembagian uang dalam Munas IX Partai Golkar yang digelar di Bali. Adapun hasil munas di Bali adalah memilih kembali Aburizal sebagai ketua umum secara aklamasi. Ia juga menilai munas di Bali telah memenuhi segala ketentuan yang diatur dalam AD/ART Golkar.

"Misalnya, jumlah peserta yang hadir, pimpinan DPD I se-Indonesia dan pimpinan DPD II se-Indonesia, pimpinan dari oganisasi-organisasi kemasyarakatan yang berafiliasi dengan Golkar, dan semua orang tahu siapa yang menjadi pimpinan dari organisasi-organisasi itu dan semua mereka yang dikenal sebagai pimpinan dari organisasi-organisasi tadi itu, baik DPD I, DPD II, maupun yang berafiliasi dengan Golkar, organisasi yang mendirikan, didirikan, dan organisasi sayap semuanya atau sebagian besar mengikuti munas di Bali," paparnya.

Yoseph Pekei, politisi Partai Golkar yang baru dipecat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten Deyai, membenarkan adanya politik uang dalam Musyawarah Nasional IX Partai Golkar. Menurut dia, setiap DPD II mendapatkan sebesar Rp 50 Juta untuk memenangkan Aburizal Bakrie sebagai calon ketua umum Golkar periode selanjutnya.

Karena sudah dipecat sekitar seminggu sebelum pelaksanaan munas, Yoseph memang tidak mendapatkan tawaran uang itu secara langsung. Namun, dia mengaku mendapatkan informasi tersebut dari DPD II di Provinsi Papua lain yang saat ini tengah mengikuti munas di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali. (Baca: Cerita Ketua DPD Golkar Deiyai yang Dipecat Jelang Munas)

Selain politik uang, lanjut Yoseph, DPD II juga mendapat intimidasi berupa pemecatan seperti yang terjadi terhadap dirinya. Aburizal, kata dia, sering mengadakan pertemuan dengan DPD I tingkat provinsi untuk mengondisikan DPD II yang berbeda sikap. Selain Yoseph, pengurus DPD II lain yang dipecat di antaranya terdapat di Sumatera Utara dan Lampung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com