JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo bertemu dengan sekitar 30 orang investor yang tergabung dalam 20-20 Investment Association di Istana Negara, Selasa (4/11/2014) sore ini. Jokowi mengaku tengah membutuhkan dana segar untuk dana pembangunan infrastruktur.
"Kami butuh dana segar untuk infrastruktur yang saya sampaikan baik (untuk) jalan tol, pelabuhan, listrik, dan kereta api di luar Jawa supaya pembangunan cepat dikerjakan," ujar Jokowi.
Dia mengungkapkan, pembangunan infrastruktur tidak akan berjalan apabila hanya mengandalkan anggaran negara. Oleh karena itu, investor harus digenjot untuk masuk ke Indonesia.
"Kalau ditunda-tunda, semakin ditunda nanti biayanya akan semakin mahal, semakin naik harganya. Kita libatkan investasi untuk masuk ke bidang-bidang itu. Bidang lain nanti dulu," katanya.
Jokowi mengungkapkan, kerja sama yang dijalin dengan 20-20 Investment Association bisa dilakukan dengan kerja sama business to business.
"Bisa dengan BUMN sana atau dengan BUMB sini karena inilah yang akan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya," ungkap Jokowi.
Salah satu anggota 20-20 Investment Association, Tom Lembong, menuturkan, investor menyambut baik rencana pembangunan infrastruktur yang disampaikan Jokowi dalam pertemuan tersebut. Tom mengungkapkan, anggota dari asosiasi tersebut kebanyakan adalah para manajer investasi yang berasal dari Amerika Serikat, Kanada, Korea, dan Selandia Baru. Mereka mengelola dana pensiunan hingga 8 triliun dollar AS atau setara dengan Rp 96.000 triliun.
"Jadi, modal yang cocok buat mereka itu yang padat modal, infrastruktur. Contohnya kayak tol laut, kereta api, pelabuhan, pembangkit listrik, jalan tol," ucap Tom.
Para investor, lanjut dia, tertarik menanamkan modalnya untuk kawasan Jawa dan Bali. Sektor yang dilirik adalah infrastruktur, pariwisata, hingga ekonomi kreatif. Para investor ini sudah bertemu dengan sejumlah perusahaan pelat merah, seperti Jasa Marga dan Pelindo III, untuk membahas proyek pembangunan bagi Indonesia.
Selain itu, mereka juga sudah bertemu dengan pelaku bisnis di sektor keuangan hingga agrobisnis.
"Secara umum, yang bisa saya laporkan, kesan investor itu memang kalau sektor komoditas belum prospek, ya sekarang. Jadi, kalau kayak pertambangan, kelapa sawit, harga komoditasnya tertekan sekali," ucap Tom yang memimpin perusahaan investasi Quvat Capital tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.