Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dianggap Berhasil, Muhaimin Diyakini Bakal Kembali Pimpin PKB

Kompas.com - 19/08/2014, 09:54 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Muhaimin Iskandar diyakini akan terpilih kembali sebagai ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Muktamar PKB yang akan digelar di Surabaya pada 31 Agustus-1 September 2014.

"Saya optimistis muktamirin akan secara aklamasi tetap mendukung Cak Imin (Muhaimin). Suara cabang-cabang masih menghendaki beliau memimpin PKB," kata Ketua DPP PKB Helmy Faishal Zaini di Jakarta, Senin (19/8/2014), seperti dikutip Antaranews.com.

Helmy mengatakan, Muhaimin memiliki karakter kepemimpinan yang melekat kuat, baik di elite maupun di basis. Sebagai pemimpin partai berbasis NU, kata dia, Muhaimin memiliki dua keunggulan sekaligus yang tidak dimiliki kader lain, yakni merupakan keturunan pendiri NU dan sebagai tokoh aktivis yang berproses mulai dari bawah.

Dengan dua keunggulan tersebut, menurut Helmy, selama memimpin PKB, Muhaimin terbukti berhasil mengorganisasi dan menjembatani kepentingan warga Nahdliyin dengan baik.

"Secara organisatoris, Cak Imin juga yang mampu mengembangkan SDM kader partai hingga memperkenalkan kepada sistem kepartaian modern yang jauh lebih maju dari sebelumnya. Dalam konteks kepartaian, saya bisa sebut beliau itu 'bapak kader'," kata Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal itu.

Helmy menambahkan, Muktamar PKB juga akan membahas program kerja selama lima tahun mendatang, penguatan organisasi partai, dan persiapan dalam menghadapi pemilu serentak pada 2019.

Sementara itu, Wakil Sekjen DPP PKB Lukmanul Khakim menyatakan, kepemimpinan Muhaimin yang berhasil menaikkan perolehan suara PKB sekitar 100 persen dalam Pemilu Legislatif 2014 membuatnya layak untuk memimpin kembali "Green Party".

"Cak Imin sungguh cerdas dalam memimpin partai ini. Selain mampu menaikkan suara PKB 100 persen, beliau juga mampu memenangkan pasangan Jokowi-JK dalam pilpres lalu," katanya.

Menurut dia, Muhaimin banyak disukai karena mudah bergaul dengan siapa saja, baik dengan elite politik maupun kalangan biasa. Dalam kancah politik nasional, menurut dia, Muhaimin juga sangat visioner dalam melakukan langkah-langkah politik PKB.

"Untuk itu, tidak ada alasan untuk tidak menjadikan beliau sebagai ketua umum PKB periode 2014-2019. PKB masih sangat membutuhkan kecerdasan dan jiwa visioner beliau dalam menjalankan roda partai pada masa mendatang," ucapnya.

Rhoma Irama hadir

Lukman menambahkan, mantan bakal calon presiden dari PKB Rhoma Irama akan menghadiri acara Muktamar PKB.

"Insya Allah Bang Haji Rhoma akan hadir dalam Muktamar mendatang. Beliau masih cinta dengan PKB dan orang-orang yang ada di PKB," katanya.

Menurut Lukman, meski sempat berseberangan saat pelaksanaan pilpres, hubungan "Raja Dangdut" itu dengan Muhaimin masih mesra dan sering berkomunikasi.

"Inilah kedewasaan politik di antara dua tokoh ini. Perbedaan pilihan tidak menghalangi mereka untuk bersilaturahim," katanya.

Menurut dia, kedewasaan politik yang ditunjukkan keduanya patut dicontoh oleh elite politik dewasa ini karena hal ini penting untuk menjaga sistem demokrasi yang sedang dibangun di Indonesia.

"Sistem demokrasi harus dibangun berdasarkan persaudaraan sesama anak bangsa. Jangan bunuh demokrasi hanya untuk kepentingan sesaat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com