Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo Temui Keluarga Korban Tragedi Trisakti

Kompas.com - 12/05/2014, 15:17 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Kandidat calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, bertemu dengan beberapa keluarga korban penembakan di Trisakti. Pertemuan ini membahas penyelesaian kasus Trisakti 1998 dan dukungan terhadap Prabowo.

Sesuai dengan informasi yang dihimpun Kompas, pertemuan di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Sabtu (10/5/2014) sore itu, di antaranya dihadiri orangtua Elang Mulya Lesmana, Hery Hartanto, dan Hendriawan Lesmana. Saat dikonfirmasi, ibu Elang, Tety, membenarkan pertemuan itu. Namun, ia menolak membeberkan isi pembicaraannya dengan Prabowo. "Itu rahasia saya," katanya sebelum langsung menyerahkan telepon kepada putranya.

Sementara itu, Karsia, ibu Hendriawan Sie, mengatakan, ia diundang, tetapi tak bisa datang karena sakit. Selanjutnya, putra Tety membantah ada pertemuan. Menurut sumber, pertemuan itu di antaranya membahas keluhan orangtua korban terhadap ketakjelasan penyelesaian kasus Trisakti. Mereka juga mendukung Prabowo untuk jadi presiden.

Ada lima mahasiswa Universitas Trisakti yang tewas dalam penembakan gelap 12 Mei 1998. Mereka adalah Hery Hartanto, Elang Mulya Lesmana, Hendriawan Lesmana, Hafidin Royan, dan Alan Mulyadi. Menurut catatan Kompas, ada dua terpidana dari Polri yang diadili Mahkamah Militer serta dihukum 4 bulan dan 10 bulan penjara.

Kemarin, alumni dan mahasiswa Universitas Trisakti juga mendeklarasikan dukungan untuk Prabowo. Todotua Pasaribu, koordinator alumni dan mahasiswa Universitas Trisakti, mengatakan, Prabowo memenuhi sejumlah parameter tentang pemimpin jujur, berani, tegas, dan memperkuat kebangsaan.

Koordinator Kontras, Haris Azhar, mengetahui ada pertemuan keluarga korban dengan Prabowo pada Sabtu. Ia mengatakan, seharusnya keluarga korban Trisakti tidak terjebak pada wacana benar-salah. Itu karena peristiwa Trisakti adalah kejahatan rezim, bukan hanya personal. ”Mungkin Prabowo tidak terlibat penembakan Trisakti. Tetapi, peristiwa Trisakti, kerusuhan Mei, dan penculikan adalah satu rangkaian kejahatan rezim,” kata Haris.

Haris mengatakan, dorongan dalam penyelesaian kasus kejahatan rezim seharusnya dilakukan secara sistemik. Ia menyesalkan pertemuan tersebut karena hal ini berarti politisasi kasus Trisakti. (EDN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com