Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lukman Hakim Pertanyakan Keputusan Suryadharma Bawa PPP ke Gerindra

Kompas.com - 18/04/2014, 20:15 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Lukman Hakim Saifuddin mempertanyakan keputusan partainya yang telah memastikan akan berkoalisi dengan Partai Gerindra. Kesepakatan koalisi secara resmi disampaikan oleh Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali bersama Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, Jumat (18/4/2014), di Kantor DPP Partai Gerindra.

Menurut Lukman, keputusan terkait koalisi seharusnya diambil melalui Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas). 

"Saya pikir ketentuan partai sudah jelas. Keputusan dukungan PPP kepada partai lain seusai amanah mukernas partai di Bandung. Keputusan pemberian dukungan (kolaisi) harus dilakukan melalui rapimnas. Rapimnas yang khusus diadakan untuk itu," kata Lukman, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (18/4/2014) malam.

Sebelum menyampaikan keputusan koalisi, Suryadharma melakukan pertemuan tertutup dengan Prabowo selama sekitar 30 menit. Pertemuan itu pun menghasilkan kesepakakatan koalisi antara PPP dan Gerindra. PPP juga setuju untuk mendukung sepenuhnya pencapresan Prabowo tanpa meminta kursi calon wakil presiden atau pun menteri.

"Padahal selain rapimnas tidak dimungkinkan untuk memberikan dukungan untuk si A si B si C, karena forum itu yang digunakan untuk memberi dukungan untuk capres," ujar Lukman.

Namun ketika ditanya apakah keputusan koalisi yang diambil tersebut ilegal, Lukman tak mau menyimpulkan.

"Silakan ditafsirkan sendiri yang saya bilang tadi. Dukungan untuk partai lain hanya bisa dilakukan di rapimnas. Silakan tafsirkan sendiri apa maksudnya," ujar dia.

Ke depannya, kata dia, petinggi-petinggi partai yang tidak setuju dengan keputusan koalisi dengan Gerindra ini akan mengambil sikap. "Tentu partai ini organisasi kolektif kolegial, terbagi dalam majelis-majelis yang ada. Semua memiliki pandangan sendiri dalam melihat kejadian ini. Kami segera ambil sikap," tegasnya.

Sejak awal, manuver politik Suryadharma Ali yang mendekat ke Gerindra memunculkan riak di internal PPP. Berawal dari kehadiran Suryadharma dalam kampanye terbuka Partai Gerindra. Bahkan, ia menyampaikan orasi dan mendukung pencalonan Prabowo sebagai presiden.

Sebanyak 27 Dewan Pimpinan Wilayah PPP melayangkan mosi tidak percaya kepada Suryadharma. IA  dinilai melanggar kesepakatan partai dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) II PPP di Bandung yang menyatakan akan menjalin komunikasi politik dengan delapan bakal capres yang ada. Dari hasil Mukernas tersebut, tidak ada nama Prabowo.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com