Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mungkinkah Jawa Timur Bersalin Warna

Kompas.com - 04/04/2014, 15:12 WIB


KOMPAS.com - DALAM peta pemilu di Indonesia, Jawa Timur mempunyai peran besar menentukan suara nasional. Bermodalkan 31 juta pemilih atau 16 persen dari total pemilih nasional 185 juta, siapa pun ingin bisa meraup suara di Provinsi Jatim agar kans untuk menang pada pemilu makin besar.

Untuk bisa menjaring suara di provinsi itu harus jungkir balik karena pemilih memiliki keunikan tersendiri. Sisi kultural pemilih sangat kuat di provinsi terbesar di Jawa tersebut, yakni kultur nahdliyin, mataraman, dan arek.

Kultur nahdliyin begitu kokoh mengakar di wilayah tapal kuda Jatim, melingkar dari Banyuwangi, Jombang, Bojonegoro, Gresik, hingga menyeberang ke Pulau Madura. Ini adalah basis Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Wilayah mataraman adalah basis PDI-P, meliputi daerah Ngawi, Madiun, Blitar, Ponorogo, Magetan, hingga Kediri.

Kultur arek meliputi daerah metropolis Surabaya dan sekitarnya serta Malang dan sekitarnya. Kultur arek basis partai nasionalis seperti PDI-P atau Demokrat.

Pada Pemilu 2009, Partai Demokrat berhasil menjadi partai yang mendominasi di Jatim, menguasai sebagian besar wilayah nahdliyin dan mataraman.

Agus M Fauzi, mantan anggota KPU Jatim yang kini mendirikan Lembaga Konsultan Bangun Indonesia, mengatakan, dominasi Demokrat masih akan berlanjut meski para petinggi partai tersebut banyak yang rontok karena terkena kasus korupsi. Mesin politik Demokrat sebenarnya telah berjalan.

Fahrul Muzzaki, pengamat politik dari Universitas Airlangga, Surabaya, berpendapat, suara Demokrat akan banyak tergerus karena kasus korupsi.

Fahrul yang melakukan survei di semua kabupaten di Jatim memprediksi PKB yang kemungkinan akan kembali besar.

Prediksi kebangkitan PKB juga diutarakan Asep Nurjaman, Dekan FISIP Universitas Muhammadiyah Malang. Menurut Nurjaman, kaum nahdliyin akan kembali membesarkan PKB. Pertimbangannya adalah tak ada sosok yang kuat yang bisa menarik massa di Demokrat.

Namun, ketiga pengamat itu menyepakati bahwa kemungkinan peta politik Jatim akan bersalin warna menjadi merah. PDI-P diprediksi menjadi parpol kuat dalam Pemilu 2014. Selain memiliki basis massa yang besar, PDI-P juga diuntungkan dengan citranya sebagai partai yang tak terimbas korupsi dalam 10 tahun terakhir. Ditambah lagi adanya sosok Joko Widodo sebagai calon presiden yang ditawarkan turut mendongkrak popularitas partai tersebut.

Adapun partai lain yang bergerak maju di antaranya PKS dan Gerindra, yang menurut para pengamat masif bergerak di tingkat akar rumput. (NIT/ETA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Nasional
Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Nasional
Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Nasional
Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Nasional
Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Nasional
Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Nasional
Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Nasional
KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com