JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Golkar tidak mengkhawatirkan dukungan publik terhadap pencalonan Aburizal Bakrie alias Ical sebagai presiden, jika dua petinggi Golkar lainnya, Jusuf Kalla (JK) dan Akbar Tandjung, juga maju pada Pemilu Presiden 2014.
Ketua DPP Partai Golkar Hajriyanto Y Thohari mengakui bahwa tidak mungkin semua kader dan simpatisan Partai Golkar mendukung Ical untuk maju pada Pilpres 2014. Hanya, menurut dia, dukungan terhadap Ical tetap paling besar dibanding tokoh lain di internal Partai Golkar.
"Tidak khawatirlah. Setiap tokoh di Golkar punya pendukungnya sendiri, tapi dukungan untuk Pak Aburizal tetap yang paling besar. Tentu saja susah untuk mendukung 100 persen tokoh tertentu," kata Hajriyanto di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (21/3/2014).
Hajriyanto menganggap biasa perpecahan dukungan di internal Partai Golkar. Perpecahan suara, kata dia, juga terjadi di parpol lain. Sikap orang terhadap parpol dan capres juga bisa berbeda.
"Semua hasil survei menunjukkan tidak ada satu pun parpol yang 100 persen sama dukungannya antara pileg dan pilpres. Ketika pileg, semua milih partainya. Tapi pilpres tidak karena ada jagoannya sendiri-sendiri di dalam partai," kata Wakil Ketua MPR itu.
"Kemarin juga saat Pak Wiranto maju diusung Golkar di pilpres 2004, Pak Jusuf Kalla juga maju diusung Demokrat bersama SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) kan?" tambahnya.
JK sudah masuk ke dalam bursa capres Partai Kebangkitan Bangsa. Dia harus bersaing melawan dua tokoh lainnya, yakni Mahfud MD dan Rhoma Irama. JK sudah menyatakan siap maju pada Pilpres 2014. Belakangan, Akbar menyatakan siap untuk maju sebagai calon wakil presiden.
Hajriyanto menilai, sebagai politisi senior, wajar saja Akbar mengeluarkan pernyataan seperti itu. "Akbar itu kan politisi senior. Ya sebagai politisi, tidak mungkin menjawab no comment. No comment itu kan bukan sikap politisi. Nah, Bang Akbar itu menjawab pertanyaan dari wartawan bagaimana kalau dimajukan sebagai cawapres. Sebagai politisi, ya harus jawab karena menghargai pertanyaan semacam itu. Seorang politisi tulen tidak mungkin tidak bersedia karena ini juga kan untuk kepentingan bangsa dan negara," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.