Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei "Kompas", Dominasi Golkar yang Berserak...

Kompas.com - 11/01/2014, 06:30 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tren elektabilitas Partai Golkar konsisten meningkat walaupun tipis dan kemudian jauh tertinggal oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan selama akhir 2012 sampai 2013. Namun, partai ini masih menyimpan potensi dominasi lewat kadernya yang menyebar ke beragam partai.

Survei Kompas memotret elektabilitas Partai Golkar pada Desember 2012 mencapai 15,4 persen. Posisi saat itu adalah yang tertinggi. Dukungan untuk partai ini terus naik menjadi 16 persen pada Juni 2013 dan 16,5 persen dalam survei yang pengumpulan datanya rampung pada Desember 2013.

Meski konsisten dengan tren penambahan dukungan, elektabilitas Partai Golkar dalam survei tersebut sudah dilewati PDI-P yang melejit dengan 23,6 persen pada survei kedua. Meski PDI-P mencatatkan penurunan dukungan pada survei ketiga, hasilnya pun tetap melebihi Partai Golkar dengan 21,8 persen.

Namun, Partai Golkar menyimpan potensi lain. Di antara 12 partai peserta Pemilu 2014, para pengurus dan konstituen banyak partai berasal dari Partai Golkar. Sebut saja di antaranya adalah Partai Gerindra, Nasdem, dan Hanura. Bila elektabilitas ketiga partai ini ditambahkan pada perolehan "murni" Golkar, ada potensi dukungan 42,1 persen, merujuk data survei ketiga dari serial survei Kompas.

Fenomena serupa terjadi dalam survei atas kandidat. Dukungan untuk calon yang bakal diusung Partai Golkar, Aburizal Bakrie, juga memperlihatkan konsistensi bertambah, meski jauh dari mencorongnya elektabilitas Joko Widodo. Namun, bila membedah kandidat-kandidat yang namanya mulai disebut orang, maka tak bisa disanggah ada banyak di antara mereka adalah "didikan" Golkar.

Di antara para kandidat yang sudah mendeklarasikan diri sebagai bakal calon untuk berlaga di Pemilu Presiden 2014 maupun yang baru disebut-sebut punya kans, ada nama-nama seperti Wiranto, Jusuf Kalla, Surya Paloh, dan bahkan Prabowo Subianto. Selain Surya Paloh, nama-nama itu pun masuk jajaran figur yang dinilai punya dukungan signifikan selain Joko Widodo dan Megawati Soekarnoputri.

Survei Kompas

Rangkaian survei yang digelar Harian Kompas menggunakan metode survei longitudinal, yakni memakai responden yang sama. Ketiga survei dilakukan secara tatap muka dalam tiga periode waktu yang berbeda.

Survei periode pertama yang hasilnya dilansir pada Desember 2012, dilakukan pada rentang 26 November 2012 sampai 11 Desember 2012. Periode kedua, 30 Mei 2013 sampai 14 Juni 2013  diumumkan pada Juni 2013. Sedangkan periode ketiga terlaksana pada 27 November 2013 sampai 11 Desember 2013, diumumkan mulai Rabu (8/1/2014).

Melibatkan 1.380 sampai 1.400 responden dari 34 provinsi di Indonesia, survei menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen dan rentang kesalahan (margin of error) 2,6 persen dalam penarikan sampel acak sederhana.

Hasil survei selengkapnya dapat dibaca di Harian Kompas edisi Sabtu (11/1/2014).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com