Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konvensi Capres Demokrat Kurang Tenar

Kompas.com - 01/12/2013, 19:53 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Mayoritas masyarakat mengaku tidak tahu mengenai Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat. Hal itu tergambar dari survei Center for Strategic and International Studies (CSIS). Sebanyak 83,1 persen responden mengaku tidak mengetahui ajang penjaringan calon presiden partai SBY itu.

"Hanya 16,9 persen masyarakat yang tahu apa itu Konvensi Demokrat," kata peneliti CSIS, Tobias Basuki, di Jakarta, Minggu (1/12/2013).

Hal ini, menurutnya, menandakan telah terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan konvensi. Padahal, konvensi Demokrat ini sejatinya dilakukan untuk mengembalikan citra partai yang telah tersandung dalam banyak kasus korupsi.

"Tapi sayang, sepertinya ada kesalahan dalam mengemas ajang konvensi ini, sehingga hasilnya menjadi kurang positif," ujar Tobias.

Tokoh-tokoh yang ada di konvensi, lanjut dia, bukanlah tokoh nasional yang sudah mempunyai nama dan dapat bersaing dengan tokoh dari partai lain, yang sudah populer sejak dulu. Tokoh-tokoh konvensi, menurutnya, masih kalah jauh jika Demokrat bertujuan untuk mencari sosok sepadan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Masih sangat jauh kalau dibandingkan figur SBY, meskipun SBY juga sekarang sudah mulai menurun ya," ujarnya.

CSIS juga melakukan survei terhadap perolehan suara Demokrat, tanpa presiden dan dengan presiden pengandaian, yakni Pramono Edhie Wibowo, salah satu peserta konvensi. Pramono, menurut Tobias, dipilih karena merupakan tokoh konvensi yang juga berasal dari internal Demokrat.

Hasilnya, jika tanpa calon presiden, Demokrat mendapatkan angka tujuh persen. Namun, ketika Pramono diandaikan sebagai capresnya, perolehan suara Demokrat anjlok ke angka 4,6 persen.

"Ada partai yang popularitasnya mengikuti tokohnya, tapi ada juga tokoh yang mengikuti partainya," ujar dia.

Padahal, lanjut Tobias, konvensi ini sangat baik untuk menghapuskan sistem penguasaan elite yang ada di dalam partai. Dengan konvensi ini, harusnya Demokrat dapat melahirkan figur alternatif yang baru, dan bukan merupakan elite partai.

Survei CSIS dilakukan dengan wawancara tatap muka terhadap 1.180 responden di 33 provinsi. Survei berlangsung dari tanggal 13-20 November 2013 dengan margin of error 2,85 persen pada confidence level 95 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com