Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Ada Percaloan di Seleksi CPNS

Kompas.com - 04/11/2013, 11:56 WIB
Nina Susilo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Sekitar 1,85 juta calon pegawai negeri sipil mengikuti tes kompetensi dasar secara serentak di seluruh Indonesia, Minggu (3/11/2013). Kendati pemindaian dan penilaian dilakukan terpusat, masih saja ditemukan upaya percaloan dan manipulasi data.

Hal ini terungkap dalam laporan awal pengawasan oleh Indonesia Corruption Watch (ICW) dan jejaringnya.

”Niat pemerintah pusat mengadakan sistem CAT (seleksi berbasis penilaian dengan komputerisasi) sudah cukup baik, tapi pasti akan ada tantangan dari orang-orang lama yang selama ini menikmati hasil dari perekrutan CPNS yang tidak transparan. Selain itu, masih banyak kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang belum menerapkan CAT,” tutur Koordinator Divisi Korupsi Politik ICW Ade Irawan.

Menurut Kepala Badan Kepegawaian Nasional Eko Sutrisno, seleksi CPNS dilangsungkan secara serentak di seluruh Indonesia. Seleksi diikuti sekitar 1,2 juta pelamar umum dan 650.000 tenaga honorer K2, yaitu pegawai honorer yang diangkat sampai 31 Desember 2014 dan dibayar bukan dari APBN/APBD.

Tahun ini, 75 kementerian/ lembaga 33 provinsi akan merekrut sekitar 20.000 CPNS. Adapun 33 provinsi dan 192 kabupaten/kota mendapatkan kuota formasi penambahan CPNS sekitar 40.000 orang.

Dari instansi pemerintah, 70 kementerian/lembaga dan 29 instansi pemerintah daerah sudah melakukan seleksi dengan sistem CAT, September sampai awal Oktober. Sisanya menerapkan sistem seleksi manual. Peserta ujian mengisi jawaban di lembar jawab komputer yang kemudian dipindai di Jakarta.

Sejauh ini, kata peneliti Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW Nida Zidny Paradhisa, masih ada kelemahan di verifikasi dan validasi di beberapa kementerian/lembaga. Contohnya, di pengumuman perekrutan Kementerian Sosial disebutkan diperlukan sarjana sosial yang tak spesifik, tetapi ada kandidat yang tak lolos verifikasi administrasi.

”Dikhawatirkan, tak spesifiknya bidang pelamar menjadi celah meminimalkan pesaing untuk ’jagoan’ yang sudah disiapkan,” ungkap Nida.

Di sisi lain, laporan terkait honorer K2 lebih dominan. Nida mencontohkan, tenaga honorer K2 di salah satu instansi RSUD di Kota Probolinggo diminta membayar Rp 100 juta supaya namanya tak digeser dari daftar K2. Selain itu, ada juga honorer K1, nama yang sudah nonaktif, bahkan kepala desa yang kini muncul di daftar K2.

Di daerah pemekaran, ICW juga memantau ada CPNS dari jalur honorer K2. Hal ini terlihat di Kota Serang dan Toraja Utara. (INA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

Nasional
Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Nasional
Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Nasional
Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Nasional
PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

Nasional
KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com