Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPU: Jangan Gegabah Sebut Ada Politis di DPT

Kompas.com - 31/10/2013, 17:31 WIB
Sandro Gatra

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Ketua Komisi Pemilihan Umum Husni Kamil Manik berharap semua pihak tak berspekulasi terkait silang-sengkarut penetapan daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2014. KPU berkomitmen terus membenahi permasalahan penetapan DPT.

"Kalau mau analisis dengan analisa yang memahami kondisi masyarakat, memahami kependudukan kita. Tidak tunggal dengan analisis politik, kata Husni saat diskusi "Mencari Solusi Kisruh DPT" di Kantor PBNU di Jakarta," Kamis (31/10/2013).

Husni mengatakan, banyak masalah saat proses pemutahiran Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4). Misalnya, ada pemilih dengan nama Pocong. Bagi warga di Jawa, kata dia, mungkin beranggapan tidak mungkin ada orang yang bernama Pocong. Nyatanya, memang ada setelah dilakukan pengecekan.

Masalah lain, kata dia, adanya identitas yang sama. Ia memberi contoh nama I Wayan bisa mencapai ribuan di Bali. Bukan tidak mungkin nama dan tanggal lahirnya sama.

Selain itu, tambah dia, ada temuan dua orang dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) sama. Ada pula orang yang memiliki nama kecil yang berbeda. Tak hanya itu, Banyak pula warga yang tidak tahu tanggal lahirnya.

"Pernah di Sumatera Barat ada nama sama, tanggal lahir sama, alamat sama lalu dianggap invalid. Ketika diinvestigasi, ternyata orangnya ada (dua). Kalau hal itu dipandang sebagai upaya politis, terlalu gegabah. Jadi kita tidak bisa langsung katakan data itu invalid atau bermasalah," kata Husni.

Husni menambahkan, pihaknya meminta masalah DPT tidak dibesar-besarkan. Ia khawatir melebarkan masalah DPT tanpa memperbaiki malah akan memperlebar jarak antara pemilih dengan penyelenggara pemilu.

"Nanti dikatakan belum apa-apa sudah masalah. Kalau sudah bermasalah ngapain kita ikut (pemilu). Sikap itu malah menambah masalah," pungkas Husni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com