Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sefti Sanustika Dijadwalkan Bersaksi di Sidang Luthfi

Kompas.com - 28/10/2013, 08:00 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jaksa Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi berencana menghadirkan 14 saksi dalam sidang lanjutan kasus dugaan suap pengaturan kuota impor daging sapi dengan terdakwa Luthfi Hasan Ishaaq di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (28/10/2013). Salah satu saksi yang dipanggil JPU yaitu istri Ahmad Fathanah, Sefti Sanustika.

"Daftar saksi sidang Senin yaitu Sahrudin, Nurhasan, Sefti Sanustika, Abdurrahman Hakim, Mahfudz Abdurrahman, Chandra Angkasa, Ahmad Maulana, Juli Wibowo, Rama Pratama, Andika Santoso Nurman, Andi Revi Sose, Nola Kristanti, Sahru Rahman, Yones," tulis kuasa hukum Luthfi, Muhammad Assegaf, melalui pesan singkat, Minggu (27/10/2013).

Sefti diduga mengetahui uang dari Fathanah untuk Luthfi. Dugaan itu muncul karena sopir Fathanah, Sahrudin, diminta mengantar uang untuk Luthfi ke SPBU di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, setelah mengantar Sefti ke Depok, Jawa Barat. Sahrudin juga dijadwalkan memberikan kesaksian seperti deretan nama yang disebut Assegaf di atas.

Sementara saksi lainnya, Mahfudz, adalah Bendahara DPP PKS yang mangkir dalam persidangan pekan lalu. Dalam kasus ini Mahfudz terkait pembelian mobil Volkswagen (VW) Carravelle. Dalam dakwaan, Luthfi disebut pernah meminta agar pembelian mobilnya itu dimasukan dalam catatan pengeluaran kas DPP PKS senilai Rp 1,098 miliar.

Kemudian kader PKS Rama Pratama yang juga mantan anggota DPR dijadwalkan bersaksi hari ini terkait urusan utang piutang dengan Luthfi sebesar Rp 50 juta. Rama mengaku uang itu untuk menjamu sejumlah pengusaha dari Thailand Selatan yang diundang Luthfi.

Luthfi adalah terdakwa dalam kasus dugaan penerimaan suap senilai Rp 1,3 miliar dari PT Indoguna terkait pengurusan kuota impor. Bersama teman dekatnya, Fathanah, dia juga didakwa melakukan dugaan pidana pencucian uang, yakni dengan menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membayarkan, dan membelanjakan kekayaan yang diduga berasal dari hasil korupsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com