Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/10/2013, 11:40 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bereaksi keras atas pernyataan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Luthfi Hasan Ishaaq (LHI). Reaksi itu muncul setelah dirinya dikaitkan dengan sosok Bunda Putri dalam perkara dugaan suap impor daging sapi di Kementerian Pertanian.

Ketika bersaksi di sidang terdakwa Ahmad Fathanah di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (10/10/2013), LHI mengatakan, Bunda Putri adalah orang yang sangat dekat dengan Presiden. Bunda Putri disebut sangat tahu informasi mengenai kebijakan reshuffle kabinet. (Baca: "Luthfi Hasan: Bunda Putri Sangat Dekat dengan SBY")

"Bunda Putri orang yang setahu saya sangat dekat dengan SBY. Dia sangat tahu informasi kebijakan reshuffle," ujar Luthfi, saat bersaksi.

Ketika pernyataan itu terlontar, Presiden tengah berada di Brunei Darussalam dan hendak kembali ke Tanah Air. Begitu pesawat kepresidenan mendarat di Pangkalan TNI Angkatan Udara di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pukul 20.00 WIB, SBY mendapat laporan kesaksian LHI.

Merasa tak mengenal, saat itu juga, di salah satu ruangan di markas TNI AU, Presiden mencari tahu siapa Bunda Putri. Selama 30 menit, Presiden meminta informasi dari berbagai pihak, mulai dari Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, sekretaris pribadi, hingga keluarganya. Tak ada yang mengaku kenal.

Informasi juga dikorek dari Menteri Pertanian Suswono dan Wamentan Rusman Heriawan. Dari keduanya didapat info bahwa Bunda Putri adalah istri salah satu pejabat Kementerian Pertanian. Ia adalah pengekspor asal Cilimus, Jawa Barat. Merasa tak mengenal, pernyataan lalu dikeluarkan.

Sebelum menanggapi pernyataan LHI, Presiden bercerita soal agenda di Brunei, yakni menghadiri KTT ASEAN III. Terkait agenda di Brunei, nada pernyataan SBY relatif datar. Namun, beberapa kali nada suara SBY meninggi ketika menanggapi fakta persidangan.

Singkat cerita, Presiden menuding LHI berbohong dan hanya ingin mengalihkan isu. (Baca: "Presiden Marah Dikaitkan dengan Bunda Putri").

"Seribu persen Luthfi bohong. Saya tidak tahu, saya tidak kenal, dan tidak ada kaitan dengan saya," kata Presiden.

Dalam jumpa pers, Presiden menyebut perlu menghentikan tuduhan LHI sehingga memberikan pernyataan langsung. 

"Kalau saya tidak hentikan malam ini, dalam arti saya memberikan penjelasan yang benar, bisa saja rakyat kita bingung. Jangan-jangan berita itu benar," kata Presiden.

Sengman

Presiden tidak hanya dikaitkan dengan sosok Bunda Putri. Dalam persidangan kasus yang sama, Presiden juga dikaitkan dengan sosok Sengman berdasarkan rekaman sadapan. Tak kalah ngeri, kali ini soal uang Rp 40 miliar.

Dalam rekaman yang diputar di pengadilan, Fathanah menyampaikan kepada Ridwan bahwa uang Rp 40 miliar sudah dikirim melalui Sengman dan Hendra. Ketika ditanya oleh majelis hakim siapa Sengman, sepengetahuan Ridwan, yang disebut adalah utusan Presiden SBY. (Baca: "Ridwan: Sengman yang Bawa Rp 40 M, Utusan Presiden")

Namun, ketika pernyataan itu muncul lalu berkembang dalam pemberitaan, Presiden tak langsung menghentikannya agar rakyat tidak bingung atau malah beranggapan jangan-jangan pernyataan itu benar seperti ketika menghadapi isu Bunda Putri.

Tanggapan disampaikan sekitar lima hari kemudian. Bukan oleh Presiden, melainkan oleh Menteri Koordinator Polhukam Djoko Suyanto di sela-sela lawatan Presiden SBY di Polandia.

Dijelaskan, Presiden mengenal Sengman sebagai pengusaha, sama seperti mengenal para pengusaha besar, menengah, dan kecil lain dalam proses pembangunan bangsa. 

"Presiden juga menghadiri acara pernikahan anak pengusaha Sengman, seperti juga kalau diundang acara serupa oleh para pengusaha atau kalangan lain," kata Djoko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com