Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teroris Mampang Jaringan Baru

Kompas.com - 06/05/2013, 19:07 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepolisian menduga dua teroris yang mendiami rumah kontrakan di Jalan Bangka 2 F, Pela Mampang, Jakarta Selatan, adalah jaringan baru. Hasil pemeriksaan sementara belum ada indikasi keduanya bekerja sama atau terlibat dengan jaringan teroris lain.

"Mereka kelompok baru. Kita belum melihat mereka ke mana berafiliasi atau bagian dari grup mana. Belum dapat dipastikan," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (6/5/2013).

Dalam kasus terorisme di Indonesia, pelaku yang ditangkap kerap diketahui berkait dengan jaringan kelompok lain. Di antaranya jaringan Solo yang satu jaringan dengan teroris Depok. Mereka memiliki misi teror yang sama. Kemudian, beberapa pelakunya juga diketahui berkait dengan jaringan teroris terdahulu. Awal mereka bertemu sering kali karena adanya pelatihan teror, seperti menggunakan senjata dan merakit bom di pegunungan.

Untuk dua teroris ini, kepolisian menduga mereka belajar merakit bom secara otodidak. "Dari hasil olah TKP, ada catatan cara-cara merakit bom yang mereka gunakan sebagai panduan," kata Boy.

Sebelumnya, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap Sefa Riano dan Achmad Taufik alias Ovi di Jalan Jenderal Sudirman, dekat pertigaan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Kamis (2/5/2012). Dari keduanya disita lima bom pipa siap ledak. Densus 88 kemudian melakukan penggeledahan di rumah indekos terduga teroris yang terletak di Jalan Bangka 2 F, Pela Mampang, Jakarta Selatan.

Setelah itu, Densus 88 mengejar Sigit Indrajit (23) ke rumah kontrakannya di Jalan Kenanga 4 Nomor 61, RT 5/RW 3, Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang Kota, Tangerang Selatan, Jumat (3/5/2013) dini hari. Namun, Sigit sudah tidak berada di rumahnya saat itu. Dari kontrakan tersebut, polisi hanya menyita buku-buku, telepon genggam, dan kamera.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas.com, Sigit diduga telah dipersiapkan sebagai "calon pengantin" atau eksekutor bom bunuh diri untuk aksi teror di Kedutaan Besar Myanmar, Jakarta Pusat.

Boy menjelaskan, keterlibatan Sefa dan Ahmad justru berdasarkan hasil pemantauan tim Densus 88 terhadap Sigit. Namun, Sigit terlambat untuk ditangkap. Densus 88 saat itu memprioritaskan penangkapan terhadap Sefa dan Ahmad yang membawa lima bom rakitan siap ledak. Hingga kini Sigit masih dalam pencarian.

"Kita akan terus mengusutnya. Informasi dua orang ini justru dapat dari monitoring komunikasi SI (Sigit). Tapi kita prioritas di mana barang itu (bom aktif) ada. Dua ini menguasai bom rakitan itu, jadi SI agak terlambat dilakukan antisipasi," terang Boy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

     Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

    Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

    Nasional
    Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

    Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

    Nasional
    RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

    RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

    Nasional
     Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

    Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

    Nasional
    Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

    Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

    Nasional
    Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic', Jokowi: Benar Dong

    Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic", Jokowi: Benar Dong

    Nasional
    Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

    Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

    Nasional
    Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

    Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

    Nasional
    Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

    Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

    Nasional
    Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

    Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

    Nasional
    Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

    Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

    Nasional
    Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

    Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

    Nasional
    Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

    Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

    Nasional
    Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

    Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

    Nasional
    PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

    PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com