Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

APPSI Minta Rp 33 Triliun untuk Naikkan Produktivitas Pertanian

Kompas.com - 15/03/2013, 21:01 WIB
Nasrullah Nara

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), meminta alokasi anggaran sebesar Rp 33 triliun untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Minimal, tiap provinsi mendapatkan Rp 1 triliun.

Dalam perbincangan Kompas melalui telepon Jumat (15/03/2013), petang, Ketua APPSI Syahrul Yasin Limpo -- yang juga Gubernur Sulsel --  menegaskan, sejumlah isu strategis pertanian yang harus dibicarakan secara konkret. Di antaranya, isu swasembada beras 10 juta ton, kemungkinan untuk menolak impor dan bagaimana kesiapan dari dalam negeri serta menghadapi open skyling tahun 2015.

Syahrul menggarisbawahi hasil pertemuan Round Table Nasional Optimalisasi Pertanian dan Perikanan Menuju Asean Economic Community (AEC) 2015, di Kantor Gubernur Sulsel, Makassar, Jumat (15/03/2013). Pertemuan itu dihadiri Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati, Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan dan Ketua Komite Ekonomi Nasional Chaerul Tanjung.

"Tiap provinsi minimal membutuhkan Rp 1 triliun, khusus untuk mengatasi masalah pertanian. Artinya, Rp 33 triliun untuk semua provinsi di Indonesia," kata Syahrul.

Khusus untuk Sulsel, preverensi petani terhadap komoditas lima tahun terakhir, di antaranya, padi masih menjadi komoditas primadona. Jagung dan rumput laut juga sangat diminati petani. Kakao dan udang mulai bangkit. Adapun ternak sapi berkembang pesat.

"Sayangnya, hampir 12 tahun, irigasi kami tidak pernah diperbaiki dan jika terjadi lowsis, akan sangat berbahaya. Saya yakin, kondisi seperti ini, terjadi hampir di seluruh Indonesia," ujarnya.

Untuk meningkatkan produktivitas pertanian, khusus untuk di Sulsel, dibutuhkan 24 unit silo dryer dengan kapasitas 3000 ton, revitalisasi pengairan, pembangunan 2 gudang pupuk, modernisasi perikanan tangkap, revitalisasi pabrik gula, dan optimalisasi kakao.

Sementara, Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN), Chairul Tanjung menilai, sektor pertanian sangat penting dalam membangun sebuah daerah. Apabila dikelola baik, sektor pertanian mampu mengatasi persoalan kemiskinan. "Sekitar 34 persen angka kemiskinan diserap sektor pertanian dan kontribusinya ke PDRB hanya 14 persen," ungkap Chaerul.

Pertanian jika mampu diindustrialisasi, akan berdampak pada terjadinya peningkatan yang signifikan. Karena itu, masalah pertanian bukan hanya sebatas petaninya saja, tapi juga industrinya. "Usaha tani dan agroindustri bisa menyerap tenaga kerja dengan signifikan. Sekarang, masalah kita adalah kemiskinan dan kesenjangan serta pengangguran. Sudah saatnya kita lakukan revitalisasi di bidang pertanian," terangnya.

Chaerul menjelaskan, ada tiga hal yang saat ini sedang dikaji KEN bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pertama, subsidi yang begitu besar mencapai Rp300 triliun untuk energi, BBM dan listrik. Angka tersebut harus dikurangi tanpa menimbulkan efek.

Kedua, adalah persoalan pangan. Terjadinya fluktuasi harga pangan beberapa hari terakhir, seperti sapi dan bawang putih menjadi perhatian serius semua kalangan. 

Ketiga, kemiskinan dan kesenjangan.  "Hasil diskusi pada round table ini akan disampaikan ke Presiden dalam waktu dekat," tuturnya. Dia menyatakan, saat ini anggaran pemerintah pusat untuk sektor pertanian tidak kurang dari Rp 60 triliun. Tapi, arahnya belum pas sehingga subsidi input belum dirasakan oleh para petani kita.

Turut hadir, Gubernur Banten Ratu Atut Choisyiah, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Gubernur Maluku Utara Thayib Armaiyn, Gubernur Papua Barat Abraham O Atururi, dan Gubernur Sulawesi Barat l Anwar Adnan Saleh. Juga hadir Wagub Gorontalo Idris Rahim, Wagub Kalimantan Tengah Achmad Diran, Wagub Sulawesi Tengah Sudarto, Wagub Kalimantan Selatan Rudy Resnawan, dan Wagub Sulawesi Tenggara Saleh Lasata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatian

Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatian

Nasional
Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Nasional
Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Nasional
Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Nasional
Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Nasional
Momen Jokowi Sambut para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Momen Jokowi Sambut para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Nasional
Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Nasional
Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Nasional
Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Nasional
Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

Nasional
Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

Nasional
Harkitnas 2024, Jokowi: Mari Bersama Bangkitkan Nasionalisme

Harkitnas 2024, Jokowi: Mari Bersama Bangkitkan Nasionalisme

Nasional
Revisi UU Penyiaran: Demokrasi di Ujung Tanduk

Revisi UU Penyiaran: Demokrasi di Ujung Tanduk

Nasional
Gugat KPK, Sekjen DPR Protes Penyitaan Tas 'Montblanc' Isi Uang Tunai dan Sepeda 'Yeti'

Gugat KPK, Sekjen DPR Protes Penyitaan Tas "Montblanc" Isi Uang Tunai dan Sepeda "Yeti"

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com