Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TNI Tuntut Komisioner Komnas HAM Minta Maaf

Kompas.com - 26/02/2013, 14:55 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tentara Nasional Indonesia (TNI) tersinggung atas pernyataan seorang komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai, yang mengatakan bahwa TNI lalai saat diberondong peluru oleh Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) di tanah Papua, Kamis (21/2/2013).

Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul mengatakan, Natalius Pigai harus meminta maaf kepada keluarga besar TNI atas pernyataannya itu. Menurut dia, pernyataan Pigai mencederai perasaan keluarga TNI yang tengah berdukacita.

"Bayangkan saja. Prajurit TNI bertugas di sana meninggalkan istri dan anak-anaknya, tapi masih ada yang menyatakan seperti itu. Kami minta Natalius Pigai meminta maaf secara nasional," kata Iskandar kepada wartawan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Selasa (26/2/2013).

Menurut Iskandar, pernyataan Natalius sangat bertentangan dengan apa yang terjadi pada saat penyerangan sadis itu berlangsung. Dalam peristiwa di Distrik Tinggi Nambut, Puncak Jaya, TNI tengah beraktivitas di pagi hari. Sementara itu, di Sinak, Puncak Jaya, beberapa jam kemudian, TNI tengah mengambil alat komunikasi di bandara.

Iskandar pun menegaskan, pernyataan Pigai telah dimuat dan beredar di media masa di seluruh Indonesia. Oleh sebab itu, dia meminta Pigai meminta maaf di media massa Indonesia. "Harus dari Sabang sampai Merauke juga dia meminta maaf," katanya.

Iskandar menjelaskan, penugasan prajurit TNI di suatu wilayah terdiri dari dua jenis. Pertama, penugasan di daerah perbatasan dan daerah rawan. Kedua, penugasan kewilayahan karena prajurit yang bertugas di daerah bergabung dengan elemen masyarakat di wilayah tersebut.

Sebelumnya diberitakan, komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai, mengatakan, ketidaksiagaan TNI menjadi salah satu penyebab penembakan anggota TNI oleh kelompok yang diduga Gerakan Pengacau Keamanan di tanah Papua. Menurut Pigai, saat penembakan terjadi, TNI tengah tertidur dan bersantai sehingga delapan anggota TNI dan tiga warga sipil tewas mengenaskan.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menduga kuat, kelompok separatis bertanggung jawab atas penembakan itu. Penembakan terjadi pada Kamis (21/2/2013) di Tinggi Nambut Puncak Jaya dan Sinak Puncak Jaya, Papua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tesenyum lalu Tertawa

Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tesenyum lalu Tertawa

Nasional
Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Nasional
Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Nasional
Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Nasional
Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Nasional
PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

Nasional
Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Nasional
Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Nasional
Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Nasional
PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

Nasional
Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Nasional
KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

Nasional
Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com