Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jimly Dorong Pembenahan Lembaga Peradilan

Kompas.com - 09/06/2011, 09:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie menilai sistem peradilan di Indonesia saat ini sangat karut-marut. Menurutnya, hal itu tecermin dari maraknya praktik peradilan yang kotor meski sudah ada Satgas Pemberantasan Mafia Hukum. Jimly pun menyodorkan tiga hal dalam peradilan yang perlu dirombak.

"Pertama, bagaimana sistem peradilan kita ini diperbaiki secara besar-besaran. Sistem peradilan kita harus dievaluasi ulang," kata Jimly di sela-sela "Sarasehan Menggali Visi Pembangunan HM Soeharto", Rabu (8/6/2011) malam, di Hotel Le Meridien, Jakarta.

Jimly menambahkan, para peramu UU juga harus segera melakukan pembahasan RUU KUHAP yang baru. Menurutnya, keberadaan UU ini harus didahulukan. "KUHAP kita perbaiki, kita rombak isinya, dan sesuaikan dengan perkembangan zaman karena besar sekali pengaruhnya bagi perbaikan manajemen peradilan dan perbaikan manajemen perkara. Harus lebih efisien, akuntabel dan transparan," tutur Jimly.

Perombakan kedua, lanjut Jimly, perbaikan manajemen kelembagaan. Menurutnya, manajemen tak akan bisa dilakukan jika lembaga hukum tidak mempunyai basis data (data base). "Perbaikan manajemen kelembagaan dan sistem tata kelola perlu diperbaiki juga. Umumnya lembaga hukum kita itu manajemennya jelek, kampungan, dan tak punya database. Ada pengadilan yang jumlah hakimnya sedikit, tapi jumlah perkaranya banyak. Ada juga yang sebaliknya, jumlah hakimnya banyak, tapi perkaranya sedikit. Ini karena tidak mempunyai database. Jadi bagaimana mau mengatur jika database-nya tidak ada," kata Jimly.

Yang terakhir adalah leadership atau kepemimpinan. Ia menyakini, manajemen terkait dengan sikap kepemimipinan untuk menata ulang lembaga peradilan. "Saya tegaskan sekali lagi, yang perlu dibenahi adalah sistemnya, tata kelola, dan kepemimpinan. Itu yang harus ditata ulang," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Nasional
Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com