Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Partai Demokrat Harus Bertanggung Jawab

Kompas.com - 28/05/2011, 17:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia Sebastian Salang mengimbau agar tidak terus berpolemik mengenai keterlambatan pencekalan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin ke luar negeri. Menurut dia, yang terpenting saat ini adalah tanggung jawab dari Partai Demokrat untuk memulangkan kadernya tersebut ke Indonesia.

"Ketika ada pemanggilan dari Komisi Pemberantasan Korupsi, Demokrat juga harus bartanggung jawab untuk menghadirkan kembali. Jadi, sama seperti ketika mereka mengizinkan Nazaruddin berangkat ke luar negeri. Ini bukti sekaligus tanggung jawab dari Demokrat untuk menghormati proses hukum," tutur Sebastian seusai mengikuti diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (28/5/2011).

Sebastian menambahkan, pernyataan Demokrat selama ini yang selalu mengungkap akan menghormati dan menyerahkan kepada proses hukum mengenai kasus Nazarudin akan percuma jika tidak ada bukti nyata. Ia menilai, jika Nazaruddin benar-benar kembali ke Indonesia, pernyataan Demokrat yang mendesak kadernya tersebut untuk kembali akan mendapat kesan baik di masyarakat.

"Tetapi, kalau mendorong, tapi di belakang ada yang mengatakan 'sudah, kamu di sana saja tidak apa-apa', kan sama saja. Dan kalaupun dengan alasan jantungnya itu sudah mau bocor, seharusnya Demokrat sudah mengingatkan sebelum dia berangkat mengenai segala permasalahan ini," tambahnya.

Karena itu, kata Sebastian, ketika KPK sudah menetapkan pemanggilan pemeriksaan, ia mengharapkan Nazaruddin harus sudah berada di Indonesia. "Kalau tidak, kita bisa menyatakan pernyataan-pernyataan mereka untuk menghormati proses hukum dan serahkan kepada proses hukum itu berarti hanya omong kosong belaka," katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, KPK berencana memanggil Nazaruddin terkait kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet SEA Games di Palembang, Sumatera Selatan. Namun, kemudian tersiar kabar bahwa politisi Partai Demokrat itu berada di Singapura untuk berobat. Kepergiannya tersebut telah mendapat izin dari Partai Demokrat.

Anggota Komisi VII DPR itu pergi sehari sebelum Direktur Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian Direktorat Jenderal Imigrasi mengungkapkan telah menerbitkan surat pencegahan ke luar negeri per 24 Mei 2011. Surat pencegahan atas Nazaruddin diterbitkan atas permintaan KPK.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    [POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

    [POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

    Nasional
    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Nasional
    PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    Nasional
    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Nasional
    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    Nasional
    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    Nasional
    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasional
    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    Nasional
    Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

    Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

    Nasional
    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Nasional
    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Nasional
    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Nasional
    Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

    Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

    Nasional
    Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

    Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com