Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendidikan bagi Perempuan Masih Kurang

Kompas.com - 28/05/2011, 13:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pendidikan merupakan kunci dari masa depan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan juga bergantung pada kesetaraan memperoleh pendidikan yang berkualitas. Hanya saja, sampai saat ini, masih ada perempuan-perempuan Indonesia yang secara pendidikan kurang terpenuhi.

"Saya sangat peduli pada pendidikan untuk perempuan. Pendidikan bukan cuma dalam arti jenjang SD, SMP, SMA," kata anggota komisi XI DPR, Meutya Hafidz, seusai mengikuti Gerakan Indonesia Berkibar di Sampoerna Strategic, Jakarta, Sabtu (28/5/2011).

Meutya mengatakan, wanita juga harus punya kekuatan dan keahlian. Hal ini nantinya dapat membantu ekonomi keluarga dan berujung juga pada ekonomi negara.

Untuk perkembangan pendidikan bagi perempuan, ia melihat di daerah-daerah masalah pendidikan bagi perempuan seolah masih dianggap sebelah mata. Ini dibuktikan dengan masih banyak perempuan menikah pada usia yang sangat muda sehingga berdampak pada ledakan penduduk.

"Mereka belum siap menikah dan belum disiapkan dan dibekali dengan family planning atau perencanaan keluarga yang baik. Memang kalau di Jakarta sudah bisa bicara soal kualitas pendidikan, tapi kalau di daerah itu kurang. Di daerah masih ada anak laki-laki bisa sekolah dan anak perempuan tidak. Keluarga di daerah masih seperti itu," tutur Meutya.

Mengingat cita-cita Kartini, tentunya cukup ironis melihat perempuan Indonesia masih terbentur keterbatasan dalam memperoleh pendidikan pada masa kini. Untuk mengatasi hal tersebut, Sampoerna Foundation ikut membantu meningkatkan keahlian perempuan, khususnya dalam menunjang ekonomi keluarga dan membekali pendidikan bagi mereka.

Dalam acara yang digelar oleh Sampoerna Foundation tersebut, terdapat Warung Sahabat yang menjual aneka makanan kerajinan dari perempuan Indonesia. Sampoerna Foundation membekali kegiatan itu, antara lain, dengan menyediakan kemasan yang menarik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com