Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abhisit Puji Indonesia Selaku Juru Damai

Kompas.com - 07/05/2011, 17:42 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva memuji upaya Pemerintah Indonesia untuk menjadi juru runding terkait kasus sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja. Pemerintah Indonesia telah berupaya menjadi pihak yang netral terkait konflik tersebut.

"Indonesia sangat membantu sebagai fasilitator," kata Abhisit kepada para wartawan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi ke-18 ASEAN di Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu (7/5/2011).

Pada kesempatan tersebut, Abhisit menegaskan bahwa Pemerintah Thailand ingin menyelesaikan konflik perbatasan secara damai. Namun, Pemerintah Thailand juga ingin memastikan bahwa tak ada pihak yang berupaya melakukan intervensi atau membesar-besarkannya.

"Kami ingin menuntaskan masalah ini. Kami tidak ingin masalah ini memengaruhi agenda ASEAN dalam membangun kawasan," ucap Abhisit. Terkait konflik tersebut, sambungnya, Pemerintah Thailand terbuka untuk kembali duduk di meja perundingan.

Sebelumnya, pada akhir bulan lalu, setelah sempat mereda, tentara kedua negara kembali terlibat baku tembak. Hal yang terjadi di perbatasan selama tiga hari tersebut menewaskan 12 orang dan memaksa puluhan ribu warga mengungsi. Saat itu, Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromya menyerukan agar pertemuan bilateral diadakan dengan Kamboja. 

Seruan itu disampaikan Kasit saat berkunjung ke kamp pengungsian, sekitar 30 kilometer dari lokasi pertempuran, tiga hari sebelumnya. Kasit kembali menekankan penolakannya atas keterlibatan pihak asing dalam masalah itu. Akan tetapi, Kasit menegaskan agar sikapnya tidak lantas diartikan Thailand mengesampingkan kesepakatan sebelumnya.

Thailand dan Kamboja telah bertemu dalam pertemuan menteri luar negeri se-ASEAN di Jakarta, 22 Februari lalu, dengan Indonesia sebagai penengah. Dalam pertemuan itu, disepakati, antara lain, penempatan pasukan pemantau dari TNI di tiap-tiap pasukan kedua negara di kawasan perbatasan. Keberadaan mereka untuk memastikan kebijakan gencatan senjata dipatuhi oleh kedua pihak.

"Kami bukannya menentang itu (pasukan pemantau). Namun, tolong diingat, kasus ini sangat sensitif," ujar Kasit.

Sepanjang Senin, tembakan antarkedua pihak tak terdengar. Namun, pesawat tempur Thailand berkali-kali terbang melintasi area yang disengketakan itu. Pertempuran pecah di dekat candi Hindu abad ke-12, Ta Moan dan Ta Krabey, yang diklaim Thailand berada di Provinsi Surin. Lokasi pertempuran kali ini berjarak sekitar 150 kilometer arah barat dari Candi Preah Vihear.

Kontak senjata juga terjadi di sekitar Candi Preah Vihear, Februari lalu, menyebabkan korban tewas 11 orang dari kedua pihak. Puluhan ribu warga yang tinggal di dekat perbatasan kedua negara juga dipaksa mengungsi.

Dalam pertempuran sepanjang akhir pekan lalu, korban tewas mencapai 12 orang dari kedua pihak. Seorang prajurit Kamboja juga dilaporkan hilang. Puluhan ribu warga sipil terpaksa mengungsi, apalagi peluru-peluru artileri yang ditembakkan juga jatuh ke permukiman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com