Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerindra: Anggota DPR Tak Wajib Paham Teknologi

Kompas.com - 05/05/2011, 13:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekretaris Fraksi Gerindra DPR Edhy Prabowo menegaskan, anggota DPR tidak memiliki kewajiban mengerti teknologi dan dunia maya meski hal itu dibutuhkan. Kalaupun tak mengerti, menurut dia, seharusnya ada mekanisme di internal DPR ataupun dari masyarakat untuk mengajarkan anggota Dewan yang terhormat melek teknologi dan bukan menjelek-jelekkannya.

Ia diminta komentarnya mengenai insiden e-mail yang terjadi dalam dialog antara Komisi VIII dan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia yang berlangsung di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne, Australia, Sabtu (30/4/2011). Video soal e-mail tersebut diunggah ke Youtube oleh anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA).

Edhy mengecam tindakan mengunggah video tersebut ke dunia maya. "Kita tak setuju itu harus di-upload di Youtube. Kita enggak sependapat. Kita enggak suka apa pun tindakan itu, tak boleh saling menjelekkan. Di sana kan pelajar. Kalau ada anggota DPR enggak ngerti e-mail, ya jangan langsung disalahkan dong. Mereka kan juga dari daerah, kalau enggak ngerti, jangan disalahkan," tegasnya kepada Kompas.com, Kamis (5/5/2011). 

Edhy mengaku sangat marah setelah membaca berita dan artikel terkait kunjungan Komisi VIII ke Australia tersebut tadi pagi. Menurut dia, kritik boleh saja dilontarkan, tetapi tak boleh langsung diarahkan untuk menjelek-jelekkan pihak lain, terutama pejabat publik. Apalagi sampai menonjolkan keburukannya di dunia maya. 

"Saya enggak setuju lembaga negara yang dianggap tak baik langsung ditonjolkan di dunia maya dan dijelek-jelekkan," katanya. 

Terkait kunjungan kerja ke luar negeri, ia menambahkan, Gerindra tetap pada pendirian untuk melarang para anggotanya ikut dalam kunjungan kerja ke luar negeri. Namun, Gerindra juga tetap akan mempertimbangkan kunjungan atau undangan ke luar negeri terkait hubungan bilateral antarparlemen. "Kalau itu kan kerja sama antarnegara," tandasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Nasional
    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

    Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

    Nasional
    Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

    Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

    Nasional
    Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

    Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

    Nasional
    Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

    Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com