Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Koruptor Harus Kembalikan Aset

Kompas.com - 16/04/2011, 16:09 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah mengupayakan agar draf revisi Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi memuat poin yang mewajibkan keluarga atau kerabat pelaku atau pihak lainnya yang turut menikmati hasil korupsi mengembalikan uang korupsi tersebut. Pengembalian itu harus dilakukan meskipun mereka tidak berstatus sebagai terpidana.

"Kami usulkan agar KPK memperoleh aset yang dinikmati selain oleh terdakwa," ujar Wakil Ketua KPK Bidang Penindakan Chandra M Hamzah di Bandung, Jawa Barat, Jumat (16/4/2011) malam.

Menurut Chandra, hal tersebut merupakan upaya dalam memaksimalkan pengembalian aset negara. Tahun ini KPK menargetkan agar pengembalian aset negara oleh para terpidana korupsi paling tidak mencapai 50 persen dari nilai uang pengganti yang harus dibayar setiap terpidana.

Upaya menyita aset negara dari keluarga, kerabat pelaku korupsi, atau pihak lain yang turut menikmati uang hasil korupsi tersebut, kata Chandra, sudah diterapkan. Contohnya, dalam kasus korupsi pengadaan alat kesehatan berupa rogntgen portable pada 2006-2007 yang menyeret Sekretaris Jenderal Depkes Sjafii Ahmad sebagai terdakwa.

Dalam kasus itu, selain Sjafii harus mengembalikan kerugian negara Rp 9,8 miliar, pihak lain yang terbukti menerima hasil korupsinya pun diminta mengembalikan hasil korupsi. Mereka di antaranya menantu Sjafii, Radhitya Kresna, senilai Rp 455 juta; anak Sjafii, Syabita Syafrina senilai Rp 1,5 miliar; Dicky Yusuf Rp 140 juta; dan Yuniati Siregar Rp 20 juta.

"Ini adalah terobosan dengan meminta uang pengganti dari pihak yang menikmati hasil korupsi," kata Chandra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com