Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Harus Tegur Keras Kapolri

Kompas.com - 20/08/2010, 12:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pernyataan Wakil Kadiv Humas Mabes Polri Kombes Untung Yoga Ana, yang mengatakan call data record atau CDR yang dimiliki Polri adalah rekaman lalu lintas hubungan antara Ary Muladi dengan pihak lain yang tak memiliki relevansi dengan perkara, semakin memperkuat dugaan kriminalisasi terhadap dua unsur pimpinan KPK, Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah.

Hal ini dikatakan pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar dan Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch Emerson Juntho. "Presiden harus memberikan teguran keras kepada Kapolri," kata Bambang Widodo kepada Kompas.com, Jumat (20/8/2010).

Bambang mengatakan, hal ini bukan pertama kalinya Kapolri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri memberikan keterangan yang tidak tepat. Menurut Bambang, jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono benar-benar ingin memperbaiki kinerja lembaga hukum dan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, memberikan teguran keras kepada Kapolri merupakan langkah yang tepat.

Dikhawatirkan, jika tidak mendapat teguran, hal ini menjadi contoh buruk bagi pimpinan lembaga penegak hukum lainnya. "Takutnya, hal ini bisa dicontoh oleh kapolda-kapolda," tambah Bambang Widodo lagi.

Sementara itu, Emerson mengatakan, Presiden harus segera turun tangan. "Presiden harus ambil tanggung jawab. Ada kelalaian yang dilakukan anak buahnya," katanya.

Seperti diwartakan, keduanya ditetapkan sebagai tersangka ketika hendak membongkar skandal Bank Century yang diduga merugikan negara Rp 6,7 triliun. Baik Bibit maupun Chandra ditetapkan sebagai tersangka dengan alat bukti rekaman pembicaraan Ary—rekan Anggodo Widjojo, terdakwa kasus upaya menghalangi penyelidikan kasus korupsi dan percobaan penyuapan pimpinan KPK—dengan Deputi Penindakan KPK Ade Rahardja. Padahal rekaman itu ternyata tidak ada.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    Nasional
    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Nasional
    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Nasional
    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Nasional
    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Nasional
    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Nasional
    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Nasional
    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Nasional
    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Nasional
    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    Nasional
    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

    Nasional
    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Nasional
    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com