JAKARTA, KOMPAS.com — Meskipun usianya sudah lanjut, Shirley Shackleton, istri wartawan asal Australia yang meninggal dalam tugas peliputan di Desa Balibo, Timor Leste, Greg Shackleton, terus mencari kebenaran untuk mengungkap siapa yang bertanggung jawab atas kematian suaminya, 35 tahun lalu bersama empat rekannya.
Besok, Kamis (8/7/2010), Shirley akan hadir di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta untuk memberikan kesaksian pada pukul 10.00 WIB. Dalam sidang sebelumnya dihadiri saksi ahli. Setelah memberikan kesaksian, Shirley pun akan mengunjungi kuburan Kebayoran Lama yang menjadi pemakaman kelima wartawan Australia yang meninggal di Timor Leste.
Kedatangannya dalam sidang tersebut terkait pelarangan pemutaran film Balibo oleh Lembaga Sensor Film (LSF). Film yang berdurasi 111 menit tersebut dibuat berdasarkan kisah nyata yang mengakibatkan terbunuhnya lima jurnalis asal Australia, Gary Cunningham, Melcolm Rennie, Greg Shackleton, Tony Stewart, dan Brian Peters pada tahun 1975.
“Film ini kisah nyata, bila kenyataan tersebut terus dibiarkan sehingga kesalahan itu bisa dibenarkan semua, saya khawatir dan takut ini menjadi propaganda. Wartawan seperti Anda yang sedang menjalankan tugas, jika selamat Anda dianggap berhasil mendapatkan beritanya, tapi bila tidak kembali atau meninggal dalam tugas tersebut, itu dianggap karena kesalahan Anda sendiri, itu yang ingin saya luruskan,” papar Shirley di Kantor Kontras Jakarta, Rabu (7/7/2010).
Menurutnya, selama ini opini yang dijelaskannya di atas merupakan opini yang dibangun Pemerintah Indonesia dan Australia. Dia menjelaskan, film Balibo tidak akan dibuat bila tidak ada penyidikan lebih dahulu. “Memang ini pelajaran sangat berat bagi siapa pun, dan berusaha semuanya akan menghilangkan kekejaman yang luar biasa tersebut, saya akui orang Australia, orang Indonesia, dan orang Timor Leste sama-sama bersalah. Namun, seharusnya pengakuan itu tumbuh dengan mengatakan ya saya salah, itu saya anggap cukup. Untuk itulah saya berada di sini,” katanya.
Baru-baru ini, ia meluncurkan sebuah buku karyanya sendiri yang memuat cerita tentang perjalanan suaminya selama bertugas di Balibo. Buku yang berjudul The Circle of Silence tersebut saat ini sudah dicetak sebanyak 10.000 eksemplar dan akan diluncurkan di tiga negara lainnya, yaitu Irlandia, Belanda, dan Inggris. Selain itu, di Indonesia sendiri akan hadir bukunya dalam bentuk bahasa Indonesia.
“Buku ini bercerita tentang kebenaran dan kesaksian saksi mata dan saya. Buku ini bukan tentang saya, tapi bercerita tentang Timor Timur,” tutup Shirley. (Tribunnews/Adi Suhendi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.