JAKARTA, KOMPAS.com — Rekaman percakapan Anggodo Widjojo dan sejumlah orang yang diputar di Mahkamah Konstitusi (MK), Selasa (3/11), menunjukkan masih tebalnya lapisan mafioso penegakan hukum di tubuh Polri dan Kejaksaan Agung.
Sejumlah nama pejabat hukum di Mabes Polri dan Kejagung yang disebut-sebut dalam rekaman menunjukkan keterlibatan masing-masing dalam kasus ini. Anggodo sebagai pemain utama berhubungan dengan lingkaran mafioso penegakan hukum.
Sebut saja dari lingkaran Gedung Bundar, nama mantan Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel) Wisnu Subroto, Wakil Jaksa Agung Abdul Hakim Ritonga yang kala itu menjabat Jaksa Agung Muda Pidana Umum (Jampidum), serta Jaksa Irwan Ritonga. Anggodo kerap berhubungan langsung dengan Wisnu.
Bahkan, kuasa hukum Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah menyebutkan Wisnu sebagai rekan Anggodo dalam menyusun skenario pelemahan KPK ini. Lalu, Ritonga dan Irwan berperan cantik. Dari oknum-oknum di Gedung Bundar ini, Anggodo kemudian dihubungkan dengan lingkungan Trunojoyo, sebutan untuk Mabes Polri.
Dari lingkungan ini, tersebut nama Kabareskrim Komjen Susno Duadji serta sejumlah nama penyidik, yaitu Benny, Parman, Gupu, dan Dik Dik. Nama terakhir identik dengan nama Wakabareskrim Irjen Dik Dik Mulyana.
Susno disebut mendukung upaya ini jika Chandra dan Bibit ditahan. Bahkan, telah menyiapkan pasukan penyidik dan skenarionya. Tak hanya dari kalangan aparat penegak hukum, para pengacara dan lembaga independen Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) juga dilibatkan.
Anggodo berkali-kali berhubungan dengan Kosasih, pengacara Anggodo, dan Bonaran Situmeang, pengacara Anggoro Widjojo, abangnya. Bayarannya sampai miliaran. Sementara itu, terdapat pula seseorang bernama Ketut dari LPSK. Ketut dimintai Anggodo seputar perlindungan saksi Ary Muladi dan Edi Soemarsono.
"Mereka semua dengan sengaja merencanakan menargetkan beberapa pimpinan KPK, Bibit dan Chandra, keduanya cocok. Transkrip mengonfirmasi fakta bahwa dua orang inilah yang jadi target," tutur salah satu kuasa hukum Bibit dan Chandra, Bambang Wijayanto. "Inilah yang saya sebut skandal penegakan hukum di sini," tegasnya kemudian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.