Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden: Ada yang Menginginkan Kekacauan Pascapilpres

Kompas.com - 17/07/2009, 15:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Berdasarkan laporan intelijen, ada gerakan-gerakan di masyarakat yang memang menginginkan terjadinya kekacauan pascapenyelenggaraan pemilihan umum presiden.

"Diketahui ada rencana untuk melakukan tindak kekerasan dan melawan hukum berkaitan dengan hasil pemilu. Juga ada rencana pendudukan paksa KPU pada saat nanti hasil suara diumumkan. Ada pernyataan akan ada revolusi jika SBY menang. Ini bukan rumor, bukan gosip. Bahkan ada pernyataan kita bikin Indonesia seperti Iran. Bagaimanapun juga SBY jangan sampai dilantik. Saudara bisa artikan pernyataan seperti itu," ungkap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam keterangan pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (17/7), menanggapi peristiwa Bom Mega Kuningan yang menewaskan sembilan orang dan melukai setidaknya 50 orang.

Dalam kesempatan itu, Presiden membeberkan temuan intelijen yang selama ini tidak pernah diungkap kepada publik. Antara lain, Presiden menunjukkan foto-foto kelompok teroris yang menjadikan dirinya sebagai sasaran.

Ia mengatakan, peristiwa Bom Mega Kuningan terjadi ketika rakyat merasa prihatin akan kegaduhan politik di tingkat elite disertai ucapan-ucapan yang menurut Presiden bernada menghasut dan memelihara suhu panas dan penuh permusuhan. Presiden meminta jajaran kepolisian dan pihak berwenang untuk mengusut secara tuntas, apakah peristiwa Bom Mega Kuningan ini terkait persoalan politis atau tidak. Terkait atau tidak, dalang peristiwa ini harus ditangkap.

"Saya juga menginstruksikan penegak hukum untuk mengadili siapa saja yang terlibat, siapa pun dia, apa pun status dan latar belakang politiknya. Pagi ini saya mendapat banyak pertanyaan atau ada saudara yang mengingatkan kepada saya, yang berteori atau paling tidak mencemaskan kalau aksi teror ini berkaitan dengan hasil pilpres. Saya meresponsnya sebagai berikut bahwa kita tidak boleh main tuding begitu saja. Semua teori dan spekulasi harus bisa dibuktikan secara hukum. Negara kita negara hukum dan demokrasi. Oleh karena itu, norma hukum dan demokrasi harus ditegakkan," ungkap Presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

Nasional
Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Nasional
Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Nasional
Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Nasional
Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Nasional
Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Nasional
PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

Nasional
Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Nasional
Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com