Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Soal Transaksional di Penilaian Opini WTP oleh BPK, Begini Kata Pengamat Kebijakan Publik

Kompas.com - 10/06/2024, 15:17 WIB
Nethania Simanjuntak,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menilai prestasi atas kinerja pengelolaan keuangan pemerintah daerah (pemda), kementerian, dan lembaga (K/L) dapat menurunkan kepercayaan publik jika proses yang ditempuh dilakukan secara tidak benar.

Hal tersebut, kata dia, bisa terjadi karena dirinya menilai adanya transaksi jual beli yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia (RI) guna mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Menurutnya, penyelewengan kewenangan tersebut dapat menurunkan integritas dari BPK.

"Menurut saya, opini BPK sudah tidak bisa lagi dijadikan sebagai acuan bahwa pengelolaan keuangan daerah itu benar atau tidak. Melihat, auditnya diselewengkan oleh oknum, padahal tata kelolanya jelas tapi kan penulisannya diselewengkan sehingga orang di branding seenaknya," ujar Agus.

"Saya tentu tidak asal bicara, bukti di pengadilan pun begitu. Ujungnya kan duit lagi," ujar Agus melalui keterangan persnya, Senin (10/6/2024).

Hal yang sama berlaku pula pada prestasi pengelolaan yang diraih oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta. 

Agus mengungkapkan, sejumlah institusi bisa menganggap raihan Pemprov DKI tidak akan bernilai baik ,jika dalam penilaian opini oleh BPK masih dilakukan secara transaksional.

Baca juga: Pemprov DKI Jakarta Beri Keringanan Pokok PBB dan Bebas Sanksi Administratif

"Kalau saya sudah tidak percaya lagi dengan BPK. Lihat saja nanti hasil audit dan pemeriksaannya. Saya bicara juga sesuai dengan fakta pengadilan soal jual beli WTP," ujarnya.

Selain itu, Agus juga mencontohkan mengenai nilai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 40 persen yang menguap begitu saja. Ia menduga, adanya keterlibatan oknum BPK di dalamnya.

Pasalnya, ia menilai, untuk saat ini, BPK lebih banyak banyak diisi oleh orang-orang yang berlatar belakang politik bukan orang-orang yang independen.

"Kan sudah terbukti di pengadilan, terus apa yang kita harapkan? Memang kita masih percaya kepada audit-audit karena buktinya udah nggak karuan," ucap Agus.

Baca juga: Disdik DKI Jakarta Pastikan KJP Plus Cair Pekan Ini

Sementara itu, Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Kamrussamad meminta untuk diadakan evaluasi menyeluruh terhadap BPK RI.

"Perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme pemeriksaan oleh auditor ke entitas obyek pemeriksaan. Mulai dari rekruitmen anggota BPK RI, sistem pendidikan auditor, standar operasional prosedur (SOP) pemeriksaan entitas obyek, dan mekanisme pengawasan internal," ujar Kamrussamad.

Seperti diketahui, fakta adanya jual beli opini WTP terungkap dalam pembacaan berita acara pemeriksaan (BAP) anak buah eks Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL), yakni Sekretaris Direktorat Jenderal (Ditjen) Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) Hermanto di persidangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PPP Diminta Segera Tentukan Sikap terhadap Pemerintahan Prabowo Lewat Mukernas

PPP Diminta Segera Tentukan Sikap terhadap Pemerintahan Prabowo Lewat Mukernas

Nasional
PKS: Masalah Judi Online Sudah Kami Teriakkan Sejak 3 Tahun Lalu

PKS: Masalah Judi Online Sudah Kami Teriakkan Sejak 3 Tahun Lalu

Nasional
Dompet Dhuafa Banten Adakan Program Budi Daya Udang Vaname, Petambak Merasa Terbantu

Dompet Dhuafa Banten Adakan Program Budi Daya Udang Vaname, Petambak Merasa Terbantu

Nasional
“Care Visit to Banten”, Bentuk Transparansi Dompet Dhuafa dan Interaksi Langsung dengan Donatur

“Care Visit to Banten”, Bentuk Transparansi Dompet Dhuafa dan Interaksi Langsung dengan Donatur

Nasional
Perang Terhadap Judi 'Online', Polisi Siber Perlu Diefektifkan dan Jangan Hanya Musiman

Perang Terhadap Judi "Online", Polisi Siber Perlu Diefektifkan dan Jangan Hanya Musiman

Nasional
Majelis PPP Desak Muktamar Dipercepat Imbas Gagal ke DPR

Majelis PPP Desak Muktamar Dipercepat Imbas Gagal ke DPR

Nasional
Pertama dalam Sejarah, Pesawat Tempur F-22 Raptor Akan Mendarat di Indonesia

Pertama dalam Sejarah, Pesawat Tempur F-22 Raptor Akan Mendarat di Indonesia

Nasional
Di Momen Idul Adha 1445 H, Pertamina Salurkan 4.493 Hewan Kurban di Seluruh Indonesia

Di Momen Idul Adha 1445 H, Pertamina Salurkan 4.493 Hewan Kurban di Seluruh Indonesia

Nasional
KPK Enggan Tanggapi Isu Harun Masiku Hampir Tertangkap Saat Menyamar Jadi Guru

KPK Enggan Tanggapi Isu Harun Masiku Hampir Tertangkap Saat Menyamar Jadi Guru

Nasional
Tagline “Haji Ramah Lansia” Dinilai Belum Sesuai, Gus Muhaimin: Perlu Benar-benar Diterapkan

Tagline “Haji Ramah Lansia” Dinilai Belum Sesuai, Gus Muhaimin: Perlu Benar-benar Diterapkan

Nasional
Kondisi Tenda Jemaah Haji Memprihatikan, Gus Muhaimin Serukan Revolusi Penyelenggaraan Haji

Kondisi Tenda Jemaah Haji Memprihatikan, Gus Muhaimin Serukan Revolusi Penyelenggaraan Haji

Nasional
Pakar Sebut Tak Perlu Ada Bansos Khusus Korban Judi 'Online', tapi...

Pakar Sebut Tak Perlu Ada Bansos Khusus Korban Judi "Online", tapi...

Nasional
Harun Masiku Disebut Nyamar jadi Guru di Luar Negeri, Pimpinan KPK: Saya Anggap Info Itu Tak Pernah Ada

Harun Masiku Disebut Nyamar jadi Guru di Luar Negeri, Pimpinan KPK: Saya Anggap Info Itu Tak Pernah Ada

Nasional
Eks Penyidik: KPK Tak Mungkin Salah Gunakan Informasi Politik di Ponsel Hasto

Eks Penyidik: KPK Tak Mungkin Salah Gunakan Informasi Politik di Ponsel Hasto

Nasional
Jemaah Haji Diimbau Tunda Thawaf Ifadlah dan Sa'i Sampai Kondisinya Bugar

Jemaah Haji Diimbau Tunda Thawaf Ifadlah dan Sa'i Sampai Kondisinya Bugar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com