JAKARTA, KOMPAS.com - Gejolak politik di Indonesia pada 1965 turut berdampak ke berbagai hal, termasuk gerakan Pramuka.
Pada saat itu Presiden Soekarno menjabat sebagai Pramuka Agung atau pimpinan tertinggi gerakan Pramuka di Indonesia.
Akibat huru-hara politik 1965, gerakan Pramuka dikhawatirkan terseret dalam pusaran kemelut perebutan kekuasaan.
Baca juga: Kemendikbud: Keikutsertaan Siswa dalam Ekskul Pramuka Bersifat Sukarela
Menurut pemberitaan Harian Kompas pada 22 September 1967, kelompok pro Orde Lama disebut-sebut menyusup ke gerakan Pramuka di Surakarta, Jawa Tengah.
Dalam pemberitaan itu disebutkan, manuver itu dilakukan setelah gerakan Banteng Revolusi (Banrev) di Yogyakarta dibekukan akibat gejolak politik itu.
Menurut laporan itu, pada 17 Agustus 1967, Komando Distrik Militer (Kodim) Surakarta menggelar Pasar Malam Dana Pramuka secara besar-besaran selama sekitar 15 hari.
Baca juga: P2G Dukung Kemendikbud Tidak Wajibkan Siswa Ikut Ekskul Pramuka
Akan tetapi, pada saat itu ternyata sebagian anggota Pramuka yang terdiri dari para pemuda Gerakan Siswa Nasionalis Indonesia (GSNI) dan Korps Pelajar Serba Guna (Kojarsena) disebut-sebut mengikuti pelatihan militer di kawasan Tawangmangu.
Bahkan, menurut laporan itu, sejumlah anggota Pramuka dilatih menembak di wilayah selatan Karanganyar oleh sejumlah aparat berseragam Brimob dan Korps Komando Angkatan Laut (Korps Marinir).
Laporan itu berdasarkan kesaksikan sejumlah penduduk setempat. Masyarakat kemudian mempertanyakan tujuan gerakan Pramuka yang dianggap bukan menjadi bagian dari organisasi paramiliter.
Baca juga: Pramuka Dihapus Jadi Ekskul Wajib, Ketua Komisi X: Kebablasan
Akan tetapi, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Urusan Hubungan Masyarakat dan Daerah membantah laporan itu.
Menurut pemberitaan Harian Kompas pada 27 September 1967, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka menganggap pelatihan menembak dan kemiliteran terhadap anggota Pramuka tidak sejalan dengan Anggaran Dasar dan kurikulum organisasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.