Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Arus Mudik Lebaran 2024 Diperkirakan Melonjak, Komisi V DPR Minta Kemenhub Serius Siapkan Kelaikan Angkutan Umum

Kompas.com - 28/03/2024, 19:11 WIB
Mikhael Gewati

Penulis

KOMPAS.com - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi bakal terjadi lonjakan pemudik yang signifikan pada arus mudik Lebaran Tahun 2024 dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Untuk itu, Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) menyerukan Kemenhub benar-benar mempersiapkan sarana prasarana transportasi secara maksimal utamanya dari segi kelaikan angkutan umum darat, laut dan udara menjelang arus mudik Lebaran tahun 2024.

"Saya kira itu yang paling penting kelaikan transportasi, apalagi kita bicara angkutan umum. Ini harus betul betul diproteksi dengan baik, karena kita tidak ingin akibat dari tidak laiknya angkutan-angkutan itu menyebabkan kecelakaan korban masyarakat," ujar Wakil Ketua Komisi V DPR RI Roberth Rouw sebelum Rapat Paripurna DPR RI di Senayan, Jakarta, Kamis (28/3/2024).

Tak kalah pentingnya, Politisi Fraksi Partai Nasdem tersebut mengingatkan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) untuk wajib secara aktif memberikan laporan-laporan cuaca secara berkala. Hal ini penting, mengingat keterkaitan antara kondisi cuaca dengan keamanan transportasi apalagi menyangkut soal angkutan laut.

Baca juga: Ada Puluhan Titik Rawan Kecelakaan di Sumsel Saat Arus Mudik 2024

Pada kesempatan itu, Roberth juga mengimbau pemerintah agar tidak memberatkan masyarakat di tengah situasi ekonomi seperti saat ini yang cukup terpuruk.

“Maka, kita tidak henti-hentinya menyampaikan kepada kementerian menangani bersama mitra-mitranya untuk bisa memberikan pelayanan, bukan cuma yang terbaik, tetapi juga yang murah untuk bisa masyarakat itu tidak terlalu terbebani,” ujarnya seperti dimuat laman dpr.go.id, Kamis.

Roberth mengingatkan segenap stakeholder penyelenggara jasa transportasi utamanya moda transportasi pesawat terbang dan kereta api yang menjadi primadona rakyat untuk tetap berpatokan pada tarif batas atas dan batas bawah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Kemenhub. Ia juga meminta pemerintah untuk tidak menetapkan tarif batas atas terlalu tinggi.

“Kita lihat tarif batas atas itu jangan terlalu tinggi, jangan terlalu rendah. Maka itu harus ada satu kebijakan juga untuk bisa dapat pemerintah lakukan, tidak hanya menetapkan tarif batas atas itu terlalu tinggi," ujarnya

"Dan mungkin juga diberikan suatu kebijakan khusus bahwa kalau beli dari jauh-jauh hari ada diskon khusus, nah itu bisa menekan. Dan saya kira ini banyak operator penerbangan sudah memberikan itu. Pemerintah harus juga sosialisasi kepada masyarakat,” tandas Roberth.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istana Sebut Pansel Capim KPK Diumumkan Mei ini

Istana Sebut Pansel Capim KPK Diumumkan Mei ini

Nasional
Deret 9 Kapal Perang Koarmada II yang Dikerahkan dalam Latihan Operasi Laut Gabungan

Deret 9 Kapal Perang Koarmada II yang Dikerahkan dalam Latihan Operasi Laut Gabungan

Nasional
Jumlah Kementerian sejak Era Gus Dur hingga Jokowi, Era Megawati Paling Ramping

Jumlah Kementerian sejak Era Gus Dur hingga Jokowi, Era Megawati Paling Ramping

Nasional
Jokowi Sebut Ada 78.000 Hektar Tambak Udang Tak Terpakai di Pantura, Butuh Rp 13 Triliun untuk Alih Fungsi

Jokowi Sebut Ada 78.000 Hektar Tambak Udang Tak Terpakai di Pantura, Butuh Rp 13 Triliun untuk Alih Fungsi

Nasional
Spesifikasi 2 Kapal Patroli Cepat Terbaru Milik TNI AL

Spesifikasi 2 Kapal Patroli Cepat Terbaru Milik TNI AL

Nasional
Jokowi Panen Ikan Nila Salin di Tambak Air Payau di Karawang

Jokowi Panen Ikan Nila Salin di Tambak Air Payau di Karawang

Nasional
Momen Hakim MK Tegur Kuasa Hukum Caleg yang Mendebatnya

Momen Hakim MK Tegur Kuasa Hukum Caleg yang Mendebatnya

Nasional
Kejar Pemerataan Dokter Spesialis, Kemenkes Luncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RS Pendidikan

Kejar Pemerataan Dokter Spesialis, Kemenkes Luncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RS Pendidikan

Nasional
Jokowi Bakal Bisiki Prabowo Anggarkan Program Budi Daya Nila Salin jika Menjanjikan

Jokowi Bakal Bisiki Prabowo Anggarkan Program Budi Daya Nila Salin jika Menjanjikan

Nasional
Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Nasional
Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Nasional
Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Nasional
Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com