Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hamid Awaludin

Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia.

Pilpres Satu Putaran

Kompas.com - 19/12/2023, 11:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SPANDUK, poster, billboard ukuran jumbo bertebaran di pelbagai tempat strategis di berbagai kota dan daerah: pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut dua Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.

Yang menyedot perhatian saya dengan iklan tersebut adalah “satu putaran.”

Pasangan nomor urut satu, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar serta pasangan nomor urut tiga Ganjar Pranowo-Mahfud MD sama sekali tidak mengampanyekan pemilu satu putaran.

Ada apa dengan pasangan Prabowo-Gibran, kok memiliki determinasi dan optimisme sangat tinggi bahwa pemilihan presiden cukup satu putaran untuk mereka menangkan.

Mungkin ini adalah taktik dan strategi memenangkan kontestasi. Mengajak para pemilih untuk bersatu padu memilih mereka.

Jalan pikiran mereka adalah, daripada memasuki putaran kedua yang menyita waktu, energi dan biaya tinggi, mengapa tidak mengkristal saja memilih pasangan ini. Biar pemilu cukup satu putaran.

Jalan pikiran dan kalkulasi ini, sekilas memang logis. Namun, ini urusan politik, maka kalkulasi untung rugi seyogianya tidak dijadikan alasan.

Pemilu tidak boleh disederhanakan sedemikian rupa, karena pemilu adalah instrumen dan mekanisme sakral untuk mengekspresikan kedaulatan rakyat. Nilai tertinggi dalam demokrasi.

Mutu moral serta kualitas yuridis pelaksanaan pemilu tidak boleh direduksi dengan pertimbangan efisiensi semata. Urusan pemilu tidak boleh diremehkan dengan hitungan matematis.

Adagium pemilu yang berlaku universal adalah predictable procedures, unpredictable results. Begitu ada peserta pemilu meyakini hasil pemilu mengenai kemenangan dirinya, maka di situlah niat baik sudah mulai disoal.

Keyakinan berlebihan memenangkan pertarungan dalam pemilu, adalah hulu dari penggunaan pelbagai siasat. Machiavelli menyebutnya end justify the means (tujuan menghalalkan segala cara).

Ada yang mengatakan, kepercayaan diri pasangan Prabowo-Gibran mememangkan pemilu satu putaran, bukan tanpa dasar. Mereka tentu melihat pelbagai hasil jajak pendapat yang selalu menempatkan diri mereka di atas dua pasangan lainnya.

Bila ini jadi dasarnya, maka berlaku prinsip wait a minute. Di antara orang yang memberi pendapat tersebut, masih banyak orang yang belum memutuskan pilihannya (swing voters). Pemilu yang baik, adalah pemilu yang tak bisa diprediksi hasilnya.

Saya hanya khawatir, pasangan Prabowo-Gibran bisa mendulang persepsi negatif publik.

Masalahnya, pasangan yang mendesakkan keinginan pilpres satu putaran tersebut, terdapat putra penguasa. Putra Presiden RI. Nah, status inilah yang membangun kerangka sak wasangka publik.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

Nasional
KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

Nasional
Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Nasional
Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Nasional
TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

Nasional
Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
 Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Nasional
Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Nasional
RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

Nasional
 Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Nasional
Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Nasional
Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic', Jokowi: Benar Dong

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic", Jokowi: Benar Dong

Nasional
Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Nasional
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com