Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Timnas Amin Nilai Demokrasi Bermasalah, Singgung Pemanggilan Anies-Cak Imin di KPK

Kompas.com - 24/11/2023, 20:52 WIB
Irfan Kamil,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Tim Nasional (Timnas) pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), Zuhad Aji Firmantoro menilai demokrasi di Indonesia saat ini sedang bermasalah.

Hal ini disampaikan Aji dalam diskusi bertajuk “Menakar Implementasi dan Proyeksi HAM di Pemilu 2024” yang digelar Direktorat Jenderal HAM (Ditjen HAM) Kementerian Hukum dan HAM, Jumat (24/11/2023).

Aji mengungkapkan, tidak sedikit rintangan dalam proses memajukan pasangan AMIN menjadi pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) 2024.

Ia pun menyinggung ketika Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus dugaan korupsi di Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi.

Padahal, dugaan korupsi itu sudah terjadi pada tahun 2012 lalu.

Jauh sebelumnya, Anies juga sempat diperiksa Komisi Antirasuah terkait penyelidikan proyek balap mobil listrik Formula E di Jakarta.

"Anda bisa bayangkan, Anies sudah sejak lama mengalami itu (diperiksa KPK). Baru setelah Deklarasi Surabaya tiba-tiba Gus Muhaimin dipanggil KPK enggak ada angin, enggak ada hujan," kata Aji.

"Betapa berdegub jantung kita, kok bisa, (Muhaimin) dipanggil untuk kasus yang sudah belasan tahun lalu dan secara kronologis setelah dideklarasikan menjadi calonnya Anies Baswedan," kata dia.

Baca juga: Firli Bahuri Tersangka, Wakil Ketua KPK Tolak Minta Maaf dan Tak Merasa Malu

Atas dasar itu, Aji menganggap demokrasi Indonesia sedang bermasalah.

Ia juga merasa pencalonan pasangan AMIN terkesan dipersulit lantaran mengusung tagline “perubahan”.

"Kami merasa seolah-olah begitu mengusung tagline yang berbeda, kemudian diidentifikasi menjadi paslon yang berbeda dengan rezim, lalu menjadi sangat susah untuk mengikuti prosedur dalam tahapan pencapresan," kata Aji.

“Kami hari ini berada pada satu hipotesis bahwa rasanya demokrasi kita itu memang bermasalah," ucapnya lagi.

Di sisi lain, Aji berpandangan dalam sebuah sistem demokrasi seharusnya semua pihak memegang prinsip kesetaraan.

Dalam hal ini, semua anak bangsa diberikan kesamaan hak untuk memilih dan dipilih.

"Enggak boleh ada warga negara Indonesia yang diistimewakan untuk menikmati hak asasi manusianya. Khususnya soal hak dipilih dan memilih,” kata Aji.

“Kita merasakan betul bagaimana hak dipilih capres cawapres ini terganggu dengan keadaan yang muncul ketika proses pendaftaran itu," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Nasional
Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Nasional
Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com