POLITIK luar negeri bebas aktif yang dimainkan Indonesia, memungkinkan sebagai jembatan antara negara-negara maju dan berkembang.
Dengan memiliki hubungan baik dengan berbagai pihak, termasuk melalui forum-forum internasional seperti G20, Indonesia dapat mengadvokasi kepentingan negara-negara berkembang dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan.
Dalam menghadapi tantangan global dan regional, politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif memberikan sejumlah manfaat signifikan.
Dari menjaga stabilitas kawasan hingga mendapatkan dukungan global untuk isu-isu penting, Indonesia memainkan peran konstruktif dalam membentuk dunia yang lebih aman dan adil.
Maka politik luar negeri bebas aktif juga membantu Indonesia membangun hubungan yang harmonis dengan negara-negara tetangga.
Prinsip non-blok dan sikap tidak campur tangan dalam urusan internal negara lain, memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang menghargai kedaulatan dan saling menghormati antarnegara.
Melalui pendekatan bebas aktif, Indonesia dapat berperan sebagai penjaga perdamaian dan keamanan di kawasan.
Terlibat aktif dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di beberapa wilayah konflik, seperti Lebanon dan Kongo. Hal ini menegaskan peran Indonesia dalam mendukung keamanan global.
Dengan demikian, politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif bukan hanya memberikan manfaat dalam menjaga stabilitas dan memimpin kerja sama ekonomi di kawasan.
Melainkan lebih jauh, membangun hubungan harmonis dengan tetangga, memainkan peran dalam penjaga perdamaian, dan mendorong integrasi ekonomi berkelanjutan di Asia Tenggara.
Ir. Soekarno, sang proklamator dan Presiden pertama Indonesia, yang akrab disapa Bung Karno telah membangun fondasi politik luar negeri bebas aktif.
Konsep ini menekankan kemandirian dalam keputusan luar negeri, menentang imperialisme, dan mendorong solidaritas dengan negara-negara yang berjuang untuk kemerdekaan.
Meskipun menolak aliansi, Bung Karno mendorong kerjasama internasional damai dan adil. Serta, memandang netralitas sebagai prinsip penting.
Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 di Bandung adalah wujud nyata dari politik luar negeri ini, di mana memperkuat solidaritas antara negara-negara Asia dan Afrika.
Pendekatan ini mencerminkan semangat kemerdekaan, anti-kolonialisme, dan perdamaian dunia, menjadi dasar kebijakan luar negeri Indonesia.
Dalam pandangan Bung Karno, politik luar negeri bebas aktif adalah manifestasi dari pemikirannya yang menitikberatkan pada kedaulatan nasional dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Bung Karno menilai betapa penting untuk menjaga kemerdekaan dan mengambil keputusan yang berpihak pada kepentingan nasional –tanpa terikat pada kepentingan eksternal.
Melalui politik luar negeri bebas aktif, Bung Karno berusaha menghindari dominasi atau pengaruh asing yang dapat merugikan kemerdekaan Indonesia.
Pemikiran Bung Karno juga mencerminkan sikap tegas terhadap imperialisme dan kolonialisme. Dalam konteks politik luar negeri bebas aktif, ini tercermin dalam dukungan terhadap negara-negara yang berjuang membebaskan diri dari penjajahan.
Solidaritas dengan negara-negara yang sedang mengalami perjuangan kemerdekaan dianggap sebagai bentuk tanggung jawab moral dan politik Indonesia untuk memperkuat persatuan di tingkat internasional.
Selain itu, Bung Karno melihat netralitas sebagai suatu kebijakan yang vital dalam menjaga kedaulatan dan kebebasan Indonesia. Dengan tidak terlibat secara langsung dalam konflik militer antarnegara, Indonesia diharapkan dapat mempertahankan stabilitas internalnya.
Oleh karena itu, dapat diandalkan memainkan peran aktif dalam upaya menjaga perdamaian dunia.