Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Pesawat TNI AU Jatuh di Pasuruan, Kadispenau: Kemungkinan Tidak Benturan

Kompas.com - 17/11/2023, 20:15 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsekal Pertama R Agung Sasongkojati menduga, dua pesawat EMB-314 Super Tucano yang terjatuh di Keduwung, Puspo, Pasuruan, Kamis (16/11/2023), tidak bertabrakan.

Itu disampaikan Agung berdasarkan Emergency Locator Transmitter (ELT) atau pemancar sinyal darurat dari kedua pesawat.

“Kalau dua ELT-nya tidak menyala dalam waktu bersamaan, itu kemungkinan tidak tabrakan. Kalau ada tabrakan mesti ada ribut di udara, karena masih ada waktu untuk menghantam bawah,” kata Agung saat konferensi pers di Apron Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (17/11/2023).

“Tapi saya belum bisa beri kesimpulan,” tutur Kadispenau.

Baca juga: Kadispenau Ungkap Kronologi Sebelum 2 Pesawat TNI AU Jatuh di Pasuruan, Para Pilot Katakan “Blind”

Kecelakaan dua pesawat ini bermula saat empat pesawat Super Tucano yang melakukan latihan terbang formasi. Namun, awan di lokasi tiba-tiba menebal.

“Itu tidak kelihatan, karena sangat tebal, dan para penerbang mengatakan blind atau buta. Itu adalah prosedur, dan prosedurnya menyelamatkan,” kata Agung.

Setelah itu, sesuai prosedur, keempat pesawat itu memisahkan diri. Saat mereka menjauhkan diri, terdengar suara ELT atau pemancar sinyal darurat.

“Berarti ada sesuatu yang terjadi pada satu pesawat, sejurus kemudian, saya tidak tahu berapa lama, ada suara ELT lagi yang kedua,” ujar Agung.

Baca juga: Operasional Seluruh Pesawat Super Tucano TNI AU Dihentikan Sementara Usai Insiden Jatuh di Pasuruan

“Dua pesawat selamat karena melaksanakan prosedur melepaskan diri dari formasi setelah memasuki awan yang tebal itu,” ucap Kadispenau.

Saat ini, TNI AU menerjukan tim investigasi yang dibentuk oleh Pusat Kelaikudaraan Dan Keselamatan Terbang dan Kerja (Puslaiklambangja) TNI AU.

Tim ini akan investigasi dengan melihat faktor-faktor yang dikenal dengan istilah 5 M, yakni Man, Machine, Medium, Mission and Management, secara menyeluruh terhadap penyebab jatuhnya kedua pesawat.

Diberitakan sebelumnya, dua pesawat Super Tucano milik TNI AU mengalami kecelakaan dan terjatuh di lereng Gunung Bromo, daerah Keduwung, Kamis kemarin.

Kedua pesawat itu berasal dari Skadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh dan memiliki nomor ekor TT-3103 dan TT-3111.

Pesawat nomor ekor TT-3111 ditumpangi Letkol (Pnb) Sandhra Gunawan sebagai pilot atau frontseater dan Kolonel (Adm) Widiono di kursi belakang atau backseater.

Sementara pesawat kedua dengan tail number TT-3103 dengan pilot Mayor (Pnb) Yuda A Seta di kursi depan dan Kolonel (Pnb) Subhan di kursi belakang.

Keempatnya gugur dan mendapat kenaikan pangkat Anumerta.

Pesawat dinyatakan lost contact saat melaksanakan misi Profisiensi Formation Flight dengan rute penerbangan Lanud Abdulrachman Saleh-Area Latihan-Lanud Abdulrachman Saleh.

Pesawat take off dari Lanud Abdulrachman Saleh pada pukul 10.51 WIB dan dinyatakan lost contact pada pukul 11.18 WIB, Kamis.

Dua pesawat Super Tucano lain yang ikut latihan formasi tersebut selamat beserta para awaknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com