JAKARTA, KOMPAS.com - Abdullah Onim berkali-kali menyampaikan terima kasih kepada Menteri Luar Negeri Retno Marsudi karena telah berhasil keluar dari wilayah Gaza di Palestina, bersama keluarganya.
Onim adalah satu dari sekian warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di wilayah yang kini tengah terjadi konflik bersenjata tersebut. Sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober lalu, situasi keamanan di wilayah itu kian mencekam.
"Assalamualaikum, Ibu (Retno Marsudi). Terima kasih alhamdulillah Bang Onim dan anak istri sudah bersama teman-teman KBRI Kairo. Sekarang sedang on the way di Kedutaan. Terima kasih Ibu. Terima kasih alhamdulillah atas kerja samanya, terima kasih," ucap Abdullah Onim, yang rekaman suaranya didengarkan saat press briefing di Kantor Kemenlu, Pejambon, Jakarta, Jumat (3/11/2023).
Sehari-hari, Israel Defense Forces (IDF) terus menerus menembakkan rudal yang menyasar kawasan pemukiman warga Palestina, alih-alih menyerang kantung pertahanan Hamas.
Baca juga: Serangan Israel di Sekolah Gaza Tewaskan 20 Orang
Tak hanya itu, operasi darat pun turut dilakukan IDF, yang pada akhirnya membuat wilayah Gaza terkepung dan menjadi kantong pertempuran.
Hingga 2 November 2023, jumlah korban kedua belah pihak yang tercatat mencapai 41.234 orang, berdasarkan data Kantor PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA), melansir dari Kompas.id. Dari jumlah itu, sebanyak 25,7 persen, 10.593 jiwa, merupakan korban tewas dan 30.541 orang, 74,3 persen, adalah korban luka-luka.
Lebih rinci, dari total korban tewas Palestina di Gaza, sebanyak 41,5 persen atau 3.760 jiwa adalah anak-anak. Selanjutnya, 25,6 persen atau 2.326 jiwa lainnya adalah perempuan.
Evakuasi terhadap Onim beserta ketiga anaknya dan istrinya yang merupakan warga negara Palestina, bukan tanpa tantangan. Empat WNI, termasuk Onim baru berhasil dievakuasi ke tempat yang aman setelah upaya ketiga.
Baca juga: Jokowi Sebut Pengiriman Bantuan Tahap Kedua ke Gaza Dilakukan Sesegera Mungkin
"Perjalanan evakuasi empat WNI dan satu istri WNI ini bukan hal yang mudah. Sekali lagi, bukan hal yang mudah," tegas Retno saat menguraikan bagaimana sulitnya proses evakuasi tersebut.
Proses evakuasi sebenarnya mulai direncanakan sejak 1 November 2023. Saat itu, tim KBRI Kairo sudah menunggu mereka di pintu gerbang Rafah, yang menjadi satu-satunya akses keluar masuk evakuasi.
Para WNI itu pun bergerak dari tempat tinggalnya masing-masing yang berada di Kota Gaza Utara menuju Rafah. Diketahui, Gaza Utara merupakan lokasi tempat di mana Rumah Sakit Indonesia berada.
Dalam kondisi normal, semestinya waktu tempuh antara Gaza Utara ke titik evakuasi hanyalah 40-50 menit.
"Sekali lagi dalam kondisi normal. Karena kita tidak bisa memprediksi situasi lapangan dan kemudian memperkirakan lama waktu yang diperlukan untuk mencapai pintu Rafah," ucapnya.
Kenyataannya, proses evakuasi itu terhambat karena adanya serangan di sepanjang jalan yang membuat situasi menjadi tidak kondusif. Sehingga mereka berempat harus kembali ke kediamannya masing-masing.
Baca juga: Pemerintah Kirim 51,5 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza, Ini Rinciannya
Rencana evakuasi pun disusun ulang. Pada 2 November pagi, proses evakuasi kembali dilakukan. Namun lagi-lagi, tim mengalami kegagalan karena situasi yang tidak memungkinkan.