JAKARTA, KOMPAS.com - Sebutan “petugas partai” yang disematkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo dipersoalkan oleh mahasiswa.
Memang, ketika mendeklarasikan Ganjar sebagai bakal capres PDI-P pada 21 April 2023 kemarin, Megawati menyebut Ganjar merupakan kader dan petugas partai yang ditingkatkan penugasannya menjadi bakal calon RI-1.
“Pada jam 13.45, dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, menetapkan saudara Ganjar Pranowo, sekarang adalah Gubernur Jawa Tengah, sebagai kader dan petugas partai, untuk ditingkatkan penugasannya sebagai calon presiden Republik Indonesia dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,” kata Megawati di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat, Jumat (21/4/2023).
Baca juga: Ganjar Bicara Banyak Hal di Hadapan Mahasiswa, Mulai dari Konflik Agraria hingga Petugas Partai
Dalam momen tersebut, Mega juga menginstruksikan seluruh jajaran partai banteng untuk segera bergerak memenangkan Ganjar pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.
“Saya perintahkan sebagai ketua umum partai untuk segera bergerak dan bekerja keras turun ke bawah menyapa akar rumput, memenangkan Pemilihan Umum Tahun 2024,” ucap Mega berapi-api.
“Segera kibarkan bendera banteng moncong putih nomor tiga di rumah kalian masing masing! Bukalah posko gotong-royong, dan jagalah bendera moncong putih nomor tiga sebagai lambang semangat dan energi perjuanganmu!” lanjut presiden kelima RI itu.
Seolah melekat di diri Ganjar, sebutan “petugas partai” ini dipersoalkan oleh seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Momen ini terjadi ketika Ganjar mengisi kuliah kebangsaan di FISIP UI, Senin (18/9/2023).
Mahasiswa FISIP UI yang bernama Naufal mengaku mengagumi sosok Ganjar, namun merasa kecewa lantaran mantan Gubernur Jawa Tengah itu disebut sebagai petugas partai.
“Jujur saja saya mengagumi Bapak, merasa kecewa, ternyata Bapak yang diharapkan sebagai petugas rakyat ternyata petugas partai,” ujarnya.
Mahasiswa itu lantas menyinggung soal moto yang kerap digembar-gemborkan Ganjar yang berbunyi “tuanku ya rakyat, gubernur cuma mandat”.
Ia mempertanyakan, apakah jika terpilih sebagai presiden selanjutnya, Ganjar bakal menjadi petugas rakyat, atau petugas partai seperti yang sebelumnya disebutkan oleh Megawati.
“Pertanyaan saya, jika Bapak terpilih sebagai presiden kedelapan, apakah Bapak tetap dengan prinsip ‘tuanku ya rakyat, gubernur hanya mandat’ dan tidak menjadi boneka Megawati? Apakah Bapak petugas rakyat atau petugas partai?” tanya Naufal disambut riuh tepuk tangan mahasiswa yang hadir.
Menjawab ini, Ganjar mengakui bahwa ia merupakan kader PDI-P. Namun, ketika menjadi gubernur ataupun presiden, rakyat tetap yang utama.
Menurutnya, seorang pemimpin harus bisa membedakan posisinya ketika menjadi kader partai dan kepala negara atau kepala daerah.