KONFERENSI Tingkat Tinggi ke-43 ASEAN di Jakarta, Indonesia, pada 5-7 September 2023, menjadi peristiwa geopolitik dan geostrategi penting. Momentum ini memiliki arti signifikan dan menarik perhatian dunia.
KTT kali ini memiliki perbedaan karena melibatkan tidak hanya para pemimpin negara ASEAN, tetapi juga mitra seperti China, India, Korea Selatan, Jepang, Selandia Baru, Australia, Federasi Rusia, dan Amerika Serikat.
Hadir juga pemimpin dari Pacific Island Forum, Perdana Menteri Kanada, serta perwakilan dari IMF dan Bank Dunia. Presiden RI Joko Widodo memimpin acara ini, mengadakan 12 pertemuan termasuk pertemuan resmi dan informal.
Hal itu menjadi tanda bahwa kepemimpinan geopolitik Indonesia dalam konteks kawasan ASEAN dan panggung dunia, cukup berpengaruh.
Sebagaimana awal perjalanan mencapai identitas geopolitik, tentulah dimulai tidak senyap –juga tidak gaduh, melainkan ada dinamika yang tandas.
Begitu pula kepemimpinan Indonesia dimulai dengan langkah-langkah bijaksana dan strategis dalam perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Seiring berjalannya waktu, Indonesia telah memiliki momen-momen penting dalam arahnya sebagai pemimpin di kawasan ASEAN (dan dunia).
Kepemimpinan geopolitik Indonesia berawal dari momen yang membentuk fondasi bagi visi dan misinya.
Sebagaimana gelegak optimistis dan harapan dimulai dengan dinamika yang tandas, kepemimpinan ini menghadapi tantangan-tantangan besar yang memerlukan kesiapan dan keteguhan.
Tantangan-tantangan besar itu, antara lain, Indonesia harus menjaga stabilitas kawasan yang terlebih dahulu harus menjaga stabilitas dalam negeri.
Berikutnya Indonesia wajib berupaya membangun kerjasama regional yang kuat, merepresentasikan kepentingan warga negara, dan memastikan kesejahteraan bagi masyarakat.
Pada pertengahan abad ke-18, ketika seorang penjelajah Inggris, George Samuel Windsor Earl, melintasi kepulauan yang kini dikenal sebagai Indonesia, ia terpikat oleh keragaman kulit dan budaya penduduknya.
Pertanyaan mendasar muncul dalam benaknya: Siapakah mereka? Dan apa nama kepulauan yang mereka huni?
Dari titik itu, perjalanan panjang identitas dan peran Indonesia dalam geopolitik global dimulai. Nama-nama seperti "Indu nesia," "Malayanusia," dan akhirnya "Indonesia" diusulkan sebagai penanda bagi wilayah ini.
Nama "Indonesia" kemudian melekat dalam sejarah dan menjadi lebih dari sekadar kata. Ia mengkonstruksi identitas bangsa, menjadi lambang perjuangan, dan mengilhami semangat.