JAKARTA, KOMPAS.com - PDI Perjuangan diyakini punya segudang pertimbangan untuk menentukan bakal calon wakil presiden (cawapres) pendamping bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo untuk Pemilu 2024.
Bukan hanya menimbang elektabilitas dan kesamaan visi-misi, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri diprediksi memilih sosok yang tak akan “mengganggu” langkah partainya ke depan.
“Karena nanti cawapres pendamping Ganjar itu seandainya menang, dia akan kuat. Kalau cawapresnya kuat lalu mengganggu PDI-P, itu kan repot kalau punya hasrat untuk maju jadi capres 2029. Itu yang berbahaya,” kata pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, kepada Kompas.com, Jumat (16/6/2023).
Baca juga: Soal Pertemuan dengan Ganjar di Istana, Jokowi: Rapat mengenai Borobudur
Sebagai partai pemenang pemilu dua kali berturut-turut, PDI-P diyakini telah mengalkulasi peta politik Pemilu Presiden 2029 sejak sekarang.
Oleh karenanya, Ujang menduga, pada Pemilu 2024 ini Megawati akan memilih figur yang bersedia tunduk terhadap partai yang dia pimpin, sehingga eksistensi PDI-P pada pemilu periode selanjutnya tak terancam.
“PDI-P mencari orang-orang atau figur yang bisa manut, turut pada PDI-P, tidak bisa manuver sana sini yang bisa mengganggu kepentingan PDI-P ke depan,” tuturnya.
Atas pertimbangan itu, menurut Ujang, peluang Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno untuk berduet dengan Ganjar cenderung tipis.
Baca juga: Ganjar Kembali Bantah soal Isu Kontrak Politik dengan PDI-P
Memang, Sandi punya modal elektabilitas yang terbilang lumayan di bursa cawapres. Sebagai salah seorang pejabat terkaya di Indonesia, Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) itu juga memiliki sumber dana mumpuni.
Pun, saat ini Sandi bernaung di Partai Persatuan Pembangunan (PPP), partai yang telah mendeklarasikan dukungan buat Ganjar.
Namun, berdasarkan rekam jejak politik, Sandiaga terbilang gesit dan moncer. Belum genap dua tahun berpolitik bersama Gerindra, dia maju sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Anies Baswedan pada Pilkada 2017.
Keduanya pun berhasil memenangkan pertarungan dan duduk sebagai DKI-1 dan DKI-2.
Akan tetapi, baru sepuluh bulan menjabat, Sandi mundur lantaran mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada Pemilu 2019, berpasangan dengan Prabowo Subianto.
Meski akhirnya kalah suara dari Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Sandi tetap mendapat kursi di pemerintahan sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Delapan tahun bernaung di Gerindra, Sandi memutuskan untuk hengkang dan berlabuh ke PPP. Manuver ini disebut-sebut sebagai upaya Sandiaga untuk mendapat tiket cawapres pendamping Ganjar.
Menurut Ujang, ini menunjukkan kelincahan Sandi dalam berpolitik. Jejak tersebut bisa jadi mengancam keamanan PDI-P pada Pemilu 2029.
Baca juga: Perjalanan Politik Sandiaga: Dari Gerindra ke Panggung Pilkada-Pilpres, Kini Berlabuh ke PPP