Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minta ASEAN Perkuat Perjanjian Ekstradisi, Mahfud: Cegah Wilayah Kita Jadi Surga bagi Penjahat

Kompas.com - 09/05/2023, 15:59 WIB
Fika Nurul Ulya,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

MANGGARAI BARAT, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengajak negara blok Asia Tenggara (ASEAN) membuat kemajuan negoisasi perjanjian ekstradisi.

Melalui perjanjian ekstradisi tersebut, Mahfud mengatakan, tersangka yang tertangkap di negara ASEAN akan diserahkan kepada negara asal untuk diproses secara hukum yang berlaku di negara tersebut.

Oleh karenanya, menurut Mahfud, perjanjian tersebut berperan besar untuk mencegah kawasan menjadi surga bagi para penjahat.

"Perjanjian semacam itu telah lama tertunda. Dia (perjanjian) akan mencegah wilayah kita menjadi surga bagi para penjahat dan memperkuat ASEAN sebagai komunitas berbasis aturan," kata Mahfud dalam pertemuan Dewan Politik dan Keamanan ASEAN (APSC), Selasa (9/5/2023).

Baca juga: KTT Ke-42 ASEAN, Pemerintah Diminta Lindungi Hak Kebebasan Berpendapat Warga NTT

Mahfud mengatakan, perjanjian ini melengkapi deklarasi negara anggota ASEAN untuk memerangi perdagangan manusia akibat penyalahgunaan teknologi yang bakal diadopsi oleh para pemimpin negara ASEAN pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN.

Ia mengungkapkan, keketuaan Indonesia di ASEAN memang memberikan perhatian serius pada masalah tindak pidana perdagangan orang (TPPO).

"Dikemukakan pendekatan komprehensif terhadap perdagangan manusia, dari pencegahan sampai perlindungan korban, sambil meningkatkan kolaborasi kita untuk melawan penyalahgunaan teknologi," ujar Mahfud.

Selain TPPO, beberapa kejahatan lain yang masuk pada proliferasi kejahatan transnasional turut menjadi perhatian Indonesia, meliputi terorisme, narkoba hingga pencucian uang.

Baca juga: Jelang KTT Ke-42 ASEAN, Presiden Jokowi Tinjau Ruang Konferensi Pers dan Media Center

Jenis kejahatan tersebut, kata Mahfud, tidak hanya menghadirkan ancaman bagi perdamaian, stabilitas dan kemakmuran di wilayah, tetapi juga menghambat proses pembangunan masyarakat.

"Kita tidak punya pilihan lain selain memastikan ASEAN dilengkapi dengan baik untuk mengatasi tantangan tersebut secara efektif," kata Mahfud.

Lebih lanjut, Mahfud mengatakan, ada beberapa masalah lain yang menguji kekuatan negara anggota ASEAN sebagai komunitas. Dari luar, ada persaingan kekuatan besar yang berpotensi membangun dan memecah kelompok negara anggota.

Baca juga: TNI AU Siagakan Pesawat Tempur F-16 Jadi Unsur Sergap Pengamanan KTT ASEAN

Pada saat yang sama, ASEAN juga harus berurusan dengan krisis makanan dan energi, serta perlambatan ekonomi global.

Sementara dari dalam, ASEAN mengalami krisis berkepanjangan di Myanmar dan sekitarnya, yang berimplikasi pada kemanusiaan.

Menurut Mahfud, isu-isu tersebut telah cukup menonjol pada pertemuan ASEAN beberapa waktu terakhir.

"ASEAN berada di persimpangan jalan. Krisis demi krisis sedang menguji kekuatan kita sebagai komunitas. Dan kegagalan untuk mengatasinya akan berisiko membahayakan relevansi kita," ujar Mahfud.

Baca juga: Bakal Bicara di KTT ASEAN, Puan Janji Dorong Kerja Sama Perlindungan PMI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com