Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megawati: Saya Dukung Ibu Menteri atas Kejadian Sangat Memalukan di Bidang Pajak

Kompas.com - 01/03/2023, 14:32 WIB
Fika Nurul Ulya,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri mendukung Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati terkait masalah di bidang perpajakan yang baru-baru ini terjadi.

Megawati tidak menyebut secara gamblang insiden apa yang dimaksud. Namun, ia mengatakan, kejadian itu sangat memalukan di institusi pemerintahan.

"Saya bisik sama Ibu Menteri, saya 100 persen mendukung beliau atas kejadian yang menurut saya sangat memalukan mengenai masalah keuangan di bidang pajak. Harus dijalankan," kata Megawati saat ditemui di Gedung Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jakarta Pusat, Rabu (1/3/2023).

Megawati lantas menyinggung soal bersih-bersih di institusi pemerintah.

Baca juga: Hasto Jelaskan Alasan Megawati Kerap Ingatkan Para Ibu Harus Perhatikan Anaknya

Ia mengungkapkan sudah melihat betul kehidupan di kalangan birokrat saat menjadi presiden.

"Jadi ya monggo ya saya sih. Mintanya untuk terjadi pembersihan, lah yang buat supaya republik ini. Heran saya, saya pada tahu ya, tolong deh saya pernah presiden. Saya melihat sendiri yang namanya di kalangan birokrat itu bagaimana," ujar Megawati.

"Sedih saya untuk apa Indonesia merdeka kalau seperti ini. Rakyatnya sendiri, birokrasinya sendiri, aih sudahlah," katanya lagi.

Baca juga: Kasus Harta Tak Wajar Rafael Alun, Pejabat Diimbau Jujur Isi LHKPN

Lebih lanjut, Megawati menyebut bahwa setiap orang memiliki hak yang sama, baik tua atau muda, miskin atau kaya, maupun laki-laki atau perempuan.

Hak itu sudah tertera dalam konstitusi Indonesia.

"Setiap warga negara mempunyai hak yang hak, hak-hak, tidak laki tidak perempuan, tidak tua tidak anak-anak, tidak miskin tidak kaya, tidak cacat dan lain sebagainya, mempunyai hak yang sama di republik ini kalau benar mau," kata Mega.

Untuk diketahui, kasus di bidang perpajakan yang baru-baru ini viral adalah kasus mantan Kepala Bagian Umum Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jakarta Selatan II, Rafael Alun Trisambodo.

Namanya terseret ketika anaknya, yang bernama Mario Dandy Satrio (20) menjadi tersangka dalam kasus penganiayaan kepada anak dari petinggi GP Ansor, D (17).

Baca juga: Wanti-wanti Sri Mulyani soal Gaya Hidup Mewah Pejabat di Era Medsos

Gaya hidup Mario kemudian menjadi sorotan karena kerap memamerkan gaya hidup mewah di media sosial.

Selang beberapa waktu kemudian, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan bahwa Rafael terendus melakukan transaksi yang agak aneh.

Rafael Alun Trisambodo akhirnya dicopot dari jabatannya oleh Menkeu Sri Mulyani Indrawati.

Kemudian, tak berselang lama, Rafael mengajukan pengunduran diri sebagai aparatur sipil negara (ASN) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Tak sampai di situ, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turun tangan untuk memeriksa dan mengklarifikasi soal kekayaan Rafael Alun Trisambodo yang tertera di Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).

Baca juga: Bamusi PDI-P Duga Ada Pihak yang Penggal Video Megawati soal Ibu-ibu Pengajian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com