Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Advokasi Minta Kasus Gagal Ginjal Ditetapkan Jadi KLB: Ini Tragedi

Kompas.com - 09/02/2023, 15:57 WIB
Ardito Ramadhan,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Advokasi untuk Kemanusiaan menilai, pemerintah perlu menetapkan kasus gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) pada anak sebagai kejadian luar biasa seiring kembali munculnya kasus ini di Jakarta.

Julius Ibrani selaku anggota tim menilai, salah satu alasan pemerintah perlu menetapkan status KLB adalah jumlah korban meninggal akibat GGAPA yang sudah mencapai ratusan orang.

"Dampaknya ini meninggal dunia. Saya tidak akan bilang satu, dua, atau 200, tetapi satu saja meninggal ini sudah tragedi," kata Julius dalam sebuah acara diskusi, Kamis (9/2/2023).

Baca juga: Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak Muncul Lagi, Komisi IX Panggil BPOM Pekan Depan

"Ini sudah sepatutnya menjadi tragedi dan ditetapkan sebagai kejadian yang luar biasa. Kalau tidak percaya juga, fatality rate-nya sudah di atas 50 persen," imbuh dia.

Selain jumlah korban yang sangat banyak, Julius juga menyoroti bahwa kasus GGAPA pada anak sudah terjadi di sebagian besar provinsi se-Indonesia.

Kasus ini pun sudah berlangsung sejak lama, yakni mulai awal 2022 tetapi masih saja muncul pada Februari 2023.

Menurut Julius, status KLB perlu diterapkan agar ada standar prosedur yang jelas dalam menangani penyakit ini. Karena, menurutya, belum ada prosedur yang seragam di tiap-tiap fasilitas kesehatan.

Baca juga: Kasus Gagal Ginjal Muncul Lagi, BPOM Nyatakan Obat Praxion Aman Digunakan

"Dan selanjutnya belum pernah ada identifikasi, bukan hanya identifikasi terhadap pada ginjal itu sendiri, penyakit penyerta yang diakibatkan oleh gagal ginjal ini belum ada," kata Julius.

Dalam kesempatan yang sama, anggota Komisi IX DPR Netty Prasetiyani menilai, pemerintah masih ragu menetapkan KLB karena mesti mengeluarkan anggaran saat suatu kejadian dinyatakan sebagai KLB.

Akan tetapi, menurut politikus Partai Keadilan Sejatera (PKS) itu, pemerintah semestinya tetap menetapkan KLB karena kasus ini sudah memakan korban jiwa yang begitu banyak.

'Ketika kejadiannya ini menimpa begitu banyak anak-anak indonesia dan menimbulkan korban jiwa dan memerlukan imvetigasi yg bersifat komprehensif, tentu tidak ada salahnya pemerintah menetapkan kejadian luar biasa," ujar Netty.

Baca juga: 4 Cara Mengatasi Anemia pada Gagal Ginjal Kronis

Adanya kasus baru gagal ginjal akut yang dialami balita dan anak-anak pertama kali disampaikan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta. Kasus ini pun akhirnya dikonfirmasi oleh Kemenkes pada Senin (6/2/2023).

Berdasarkan pernyataan Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril, kasus tersebut terdiri dari satu kasus konfirmasi dan satu kasus suspek.

Satu kasus konfirmasi gagal ginjal akut merupakan anak berusia 1 tahun yang mengalami demam pada tanggal 25 Januari 2023. Ia sempat diberikan obat sirup penurun demam yang dibeli di apotek dengan merek Praxion.

Anak ini sempat dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk emdnapatkan perawatan intensif dan terapi obat penawar Fomepizole, tetapi ia dinyatakan meninggal dunia 3 jam setelah tiba di RSCM.

Baca juga: Soal Penyebab Kasus Baru Gagal Ginjal Akut, Menkes Tunggu Hasil Laboratorium Independen

Sementara satu kasus lainnya masih merupakan suspek. Penderitanya adalah anak berusia 7 tahun yang mengalami demam pada tanggal 26 Januari.

Kemudian, mengonsumsi obat penurun panas sirup yang dibeli secara mandiri. Pada tanggal 30 Januari, anak tersebut mendapatkan pengobatan penurun demam tablet dari Puskesmas.

Lalu, pada tanggal 1 Februari, pasien berobat ke klinik dan diberikan obat racikan. Satu hari setelahnya, pasien dirawat di RSUD Kembangan, kemudian dirujuk, dan saat ini masih menjalani perawatan di RSCM Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com