Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan jika Lihat Asap Rasanya Kayak Melihat Bom, Lari Tak Karu-karuan..."

Kompas.com - 18/01/2023, 17:52 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota DPRD Kota Malang Arief Wahyudi menceritakan bagaimana keluarga korban Tragedi Kanjuruhan masih mengalami trauma hingga kini.

Untuk itu, dia mempertanyakan siapa yang semestinya bertanggung jawab atas Tragedi yang memakan korban 135 nyawa tersebut.

"Hari ini ada keluarga korban yang melihat asap, itu sudah rasanya kayak melihat bom, lari ndak karu-karuan, itu masih terjadi," kata Arief dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) Komisi X DPR, Rabu (18/1/2023).

Baca juga: Kasus Kanjuruhan, JPU Sebut Polisi Perintahkan dan Biarkan Penembakan Gas Air Mata, Penonton Panik

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu mengatakan, keluarga korban sejatinya sudah mendapatkan perawatan traumatik dari rumah sakit. Bahkan, lanjut dia, korban itu sudah diizinkan pulang.

"Tetapi ketika traumatik ini tidak ada pendampingan lebih jauh, maka saya khawatir ini akan merembet ke hal yang lain pula," jelasnya.

Di sisi lain, Arief mengungkapkan bahwa kondisi Kota Malang hingga kini tak baik-baik saja.

Menurutnya, masih ada aksi-aksi dari suporter Aremania yang menuntut keadilan dari negara atas Tragedi Kanjuruhan.

Baca juga: Kasus Kanjuruhan, 3 Polisi dan Ketua Panpel Arema Didakwa Lalai Sebabkan Kematian

Dari Tragedi yang terjadi 1 Oktober 2022 itu, suporter Aremania dikatakan menggelar sejumlah aksi mulai dari demonstrasi hingga doa bersama.

"Dan itu pasti memacetkan jalan. Kondisi tidak baik baik saja, namun demikian kami masih mampu, Aremania masih mampu mengendalikan diri untuk tidak mebuat kerusuhan-kerusuhan di kotanya sendiri, di kabupatennya sendiri," tutur Arief.

Mendengar cerita tersebut, Arief menegaskan sikapnya mewakili DPRD Kota Malang bahwa negara tidak adil dalam tragedi Kanjuruhan.

"Dan ini harus kami kawal sampai betul-betul rasa keadilan itu ada di tengah-tengah para korban dan di tengah-tengah suporter Aremania," ungkapnya.

Baca juga: Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Kecewa: Sebenarnya Ingin Lihat Terdakwanya seperti Sidang Sambo

Sekadar informasi, Pengadilan Negeri (PN) Surabaya menggelar sidang perdana kasus Tragedi Kanjuruhan, Senin (16/1/2023).

Lima terdakwa dihadirkan dalam sidang Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang dan lebih dari 600 luka-luka.

Kelima terdakwa yang disidang tersebut yakni Abdul Hris (bekas ketua panitia pelaksana pertandingan), bekas security officer Suko Sutriso, Kabag Ops Polres Malang Komisaris Wahyu Setyo Pranoto, Kepala Satuan Samapta Polres Malang Ajun Komisaris Bambang Sidik Achmadi, dan Komandan Kompi 3 Satuan Brimob Polda Jatim Ajun Komisaris Hasdarmawan.

Tragedi Kanjuruhan terjadi pada tanggal 1 Oktober 2022 setelah terjadinya pertandingan sepak bola Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com