Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sependapat dengan Jokowi Soal Pencapresan, PKB: Konstitusi Tak Kenal Capres-Cawapres Independen

Kompas.com - 29/08/2022, 10:03 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid mengaku sependapat dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa elektabilitas tinggi tak menjamin seseorang bisa diusung sebagai calon presiden (capres) maupun calon wakil presiden (cawapres) oleh partai politik.

Apalagi, jika tokoh tersebut bukan merupakan kader partai politik atau berasal dari calon independen.

"Setuju, sebab memang konstitusi kita tidak mengenal capres-cawapres independen. Artinya, parpol yang memiliki kewenangan untuk menampilkan figur capres cawapres harapan rakyat," kata Jazilul saat dihubungi Kompas.com, Senin (29/8/2022).

Baca juga: Lagi, Jokowi Tegaskan Taat Konstitusi Tanggapi Usulan Presiden 3 Periode

Jazilul kemudian menerangkan bagaimana partainya memiliki mekanisme pengusungan capres.

Mekanisme tersebut bernama Muktamar PKB yang merupakan forum untuk menentukan siapa kader yang berhak diusung untuk capres. Dalam muktamar terakhir, partainya sepakat akan mendukung Ketua Umum PKB Muhaimin sebagai calon presiden.

"Kalau PKB, sudah berikan mandat kepada Gus Muhaimin (Ketum PKB Muhaimin Iskandar) menjadi capres," ujarnya.

Wakil Ketua MPR itu menjelaskan, pengusungan Muhaimin sebagai capres sudah sesuai mekanisme yang ada di PKB.

Baca juga: Jokowi Anggap Elektabilitas Tinggi Tak Jamin Politikus Diusung Parpol Jadi Capres

Dengan demikian, kata Jazilul, PKB telah memenuhi konstitusi yang ada di mana partai politik memiliki kewenangan menampilkan figur capres-cawapres kepada publik.

"Sudah, (pengusungan Muhaimin) itu mandat muktamar," tegas anggota Komisi III DPR itu.

Sebelumnya diberitakan, Presiden Jokowi menilai bahwa elektabilitas tidak menjadi faktor tunggal usungan calon presiden maupun wakil presiden oleh partai politik.

"Yang namanya calon presiden, calon wakil presiden, itu di konstitusi kita, di undang-undang kita, memang harus diusung partai atau gabungan partai," kata Jokowi dikutip dari akun resmi Twitter @jokowi, Minggu (28/8/2022).

Baca juga: Ditanya Siapa yang Didukung di Pilpres, Jokowi: Bisikin Saya Hasil Musyawarah Rakyat

"Artinya apa? Belum tentu yang elektabilitasnya tinggi itu diajukan oleh partai atau gabungan partai. Kalau mereka nggak mau, gimana?" lanjut dia.

Menurut dia, menentukan kandidat untuk diusung sebagai capres-cawapres tidak perlu dilakukan terburu-buru.

"Dilihat dulu, baru nanti kita bicara dan menentukan sikap," kata eks Wali Kota Solo itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com