Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Kasus Flu Tomat, Bisakah Jadi Pandemi?

Kompas.com - 24/08/2022, 12:23 WIB
Fika Nurul Ulya,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belum selesai virus corona yang terus bermutasi dan cacar monyet (monkeypox), kini muncul flu tomat. Tercatat, saat ini ada 82 kasus flu tomat atau demam tomat dilaporkan di Kerala, India, sejak 6 Mei 2022.

Para ahli medis mengatakan, flu tomat sangat menular. Oleh karena itu, India tengah berjuang melawan virus tersebut agar tidak menyebar lebih tinggi.

Baca juga: Covid-19 dan Cacar Monyet Belum Usai, Muncul Flu Tomat, Apa Itu?

Lantas, apakah flu ini akan menjadi pandemi baru seperti pandemi Covid-19?

Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman berpendapat, flu ini bukan disebabkan oleh virus baru. Flu serupa akibat infeksi virus Coxsackie sempat dilaporkan pada tahun 2019.

Akibat virus Coxsackie, terjadi infeksi hand-foot- mouth desease (HFMD) yang memang endemik di banyak negara Asia.

"Menyikapi ini tentu perlu kewaspadaan tapi tidak panik. Karena sejauh ini saya tidak melihat data yang menguatkan bahwa flu tomat memiliki potensi pandemi. Enggak ke arah situ," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/8/2022).

Kendati begitu, Dicky menyarankan agar flu tomat tetap dipantau perkembangannya, utamanya untuk memastikan penyebab terjadinya flu tomat yang mungkin menyebar ke banyak negara.

Baca juga: Omicron BA.4.6 Tidak Boleh Diremehkan, Masyarakat Tak Perlu Khawatir

Dia pun menyebut, kewaspadaan perlu ditingkatkan apabila suatu negara memiliki keterbatasan dalam mendeteksi virus dan kemampuan surveilans genomik.

Kapasitas deteksi virus yang terbatas akan mengurangi soliditas data.

"Ini perlu terus dipantau untuk dipastikan bahwa apa penyebab infeksi ini? Apa disinyalir ada kaitannya dengan virus Coxsackie? Harus dikritisi juga," kata Dicky.

Adapun flu tomat menyebar di India. Flu tomat adalah penyakit virus langka yang menyebabkan ruam berwarna merah, iritasi kulit, dan dehidrasi.

Penyakit ini dinamai flu tomat karena lepuh yang ditimbulkannya terlihat seperti tomat. Hingga saat ini, sebagian besar kasus flu tomat atau demam tomat dilaporkan terjadi pada anak-anak berusia 1-9 tahun.

Penyakit ini jarang terjadi pada orang dewasa karena mereka biasanya memiliki sistem kekebalan yang cukup kuat untuk melindungi dari virus.

Baca juga: Sering Disepelekan, Begini Bahaya Flu

Umumnya, penyakit ini akan mengakibatkan penderitanya mudah terserang penyakit dan muncul gejala pada tangan, kaki, dan mulut.

Sebagian orang menyebut, gejala yang tampak mirip dengan Covid-19. Alih-alih infeksi virus, flu tomat bisa menjadi efek lanjutan dari chikungunya atau demam berdarah pada anak-anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com