Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Sudharmono, Wakil Presiden Ke-5 RI yang Dekat dengan Soeharto

Kompas.com - 28/05/2022, 17:00 WIB
Fitria Chusna Farisa

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Sudharmono merupakan Wakil Presiden ke-5 Indonesia yang mendampingi Presiden Soeharto.

Ia duduk di kursi RI-2 selama 5 tahun, terhitung sejak 1988 hingga 1993.

Sebelum menjabat sebagai wapres, Sudharmono merupakan prajurit TNI dengan pangkat terakhir letnan jenderal (letjen). Ia juga aktif di partai politik dan pernah beberapa kali menjadi menteri negara.

Baca juga: Sejarah Pemilu 1971 dan Partai Politik Peserta

Militer ke politik

Dikutip dari laman resmi Perpustakaan Nasional RI, Sudharmono lahir pada 12 Maret 1927 di Gresik, Jawa Timur.

Karier militer Sudharmono dimulai ketika dia bergabung dengan Divisi Ronggolawe dalam perang memperebutkan kemerdekaan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sudharmono kala itu mendapat pangkat kapten.

Usai berperang, Sudharmono melanjutkan pendidikan di Akademi Hukum Militer dan lulus tahun 1956. Ia juga pernah menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Hukum Militer hingga lulus di tahun 1962.

Baca juga: Profil Adam Malik, Wartawan yang Jadi Wakil Presiden Ke-3 RI

Saat menempuh pendidikan militer, Sudharmono sudah aktif mengorganisir kegiatan yang disokong oleh yayasan-yayasan Soeharto.

Sosok Sudharmono dikenal dekat dengan Soeharto. Kedekatan itu memuluskan jalannya menjadi Ketua Umum Golkar yang diputuskan dalam Musyawarah Nasional Golkar III tahun 1983.

Sudharmono memimpin Golkar selama 5 tahun, terhitung sejak 1983 hingga 1988.

Menjadi wakil presiden

Sebelum menjadi Ketua Umum Golkar, Sudharmono lebih dulu menjadi anggota kabinet, menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara. Jabatan itu ia emban selama 16 tahun yakni 1972 hingga 1988.

Selain itu, Sudharmono juga sempat menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri) selama 5 bulan yakni Oktober 1982 hingga Maret 1983.

Sudharmono ditunjuk Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai wakil presiden RI pada 11 Maret 1988. Namun, pemilihannya sempat memunculkan ketegangan dalam Sidang Umum MPR.

Saat itu, peserta sidang terbagi menjadi dua kubu. Satu menjagokan Try Sutrisno, satu lagi mengusung nama Sudharmono sebagai calon wakil presiden.

Kubu lawan tak mendukung Sudharmono lantaran dia dinilai jarang memimpin pasukan meski menumpuh pendidikan militer. Sudharmono dipandang lebih banyak berurusan dengan birokrasi.

Kendati demikian, Presiden Soeharto akhirnya menunjuk Sudharmono untuk dipilih MPR menjadi wakil presiden.

Baca juga: Profil Abdurrahman Wahid, Presiden Keempat dan Bapak Pluralisme RI

Akhir hayat

Sudharmono meninggal dunia pada 25 Januari 2006 setelah menjalani perawatan selama dua pekan di Rumah Sakit Metropolitan Medical Center (MMC), Jakarta. Ia terkena infeksi paru-paru dan komplikasi penyakit lain.

Jenazah Sudharmono dimakankan pada 26 Januari 2006 di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com